Mengenal Bitcoin Maximalist dan Fenomena Crypto Tribalism

Update 8 Sep 2023 • Waktu Baca 6 Menit
Gambar Mengenal Bitcoin Maximalist dan Fenomena Crypto Tribalism
Reading Time: 6 minutes

Sejak kemunculan aset crypto Bitcoin (BTC) pada tahun 2008, perkembangannya sangat pesat sehingga melahirkan banyak aset crypto lainnya. Kemunculan BTC yang menarik perhatian banyak orang ternyata menjadikannya sebuah aset investasi yang memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia. Bahkan saking cintanya dengan aset BTC, kelompok-kelompok fanatis seperti Bitcoin Maximalist dan Crypto Tribalism pun lahir dan menimbulkan pro dan kontra.

Dalam artikel ini kita akan membahas lebih jauh tentang definisi keduanya dan apa dampak yang ditimbulkan dari fanatisme pada suatu aset crypto seperti BTC atau pun aset lainnya.

Ringkasan Artikel

  • 🚀 Bitcoin Maximalist adalah komunitas yang beranggapan bahwa Bitcoin adalah satu-satunya aset crypto yang keberadaannya di masa depan nilainya akan terus tumbuh.
  • 👨🏻 Michael Saylor dan Jack Dorsey adalah beberapa tokoh yang dikenal sebagai Bitcoin Maxi.
  • 😈 Crypto Tribalism adalah sekelompok komunitas yang percaya pada ideologi aset crypto secara berlebihan sehingga menimbulkan tribalisme atau kesukuan yang menyebabkan diskriminasi dan merendahkan aset crypto lainnya.
  • ⚔️ Kasus Crypto Tribalism dimulai pada tahun 2017 yaitu perseteruan antara kelompok pecinta Bitcoin dengan Bitcoin Cash.

Apa itu Bitcoin Maximalist?

Jason Sudeikis Snl GIF by Saturday Night Live - Find & Share on GIPHY
Sumber: Giphy

Pertama kita akan membahas tentang Bitcoin Maximalist. Apa itu Bitcoin Maximalist? Disadur dari berbagai sumber, Bitcoin Maximalist adalah sekelompok orang atau investor Bitcoin yang memiliki kepercayaan bahwa Bitcoin adalah aset digital yang lebih superior dibanding aset crypto lainnya. Sekelompok orang ini bahkan beranggapan Bitcoin adalah satu-satunya aset crypto yang nilainya akan terus tumbuh di masa depan.

Menurut Pete Rizzo, Editor di Bitcoin Magazine, Bitcoin Maximalist memiliki beberapa prinsip yang dipegang, di antaranya:

  1. Bitcoin adalah mata uang digital pertama yang tidak diatur oleh pemerintah. Tidak ada mata uang digital lain yang lebih baik daripada Bitcoin.
  2. Tidak berinvestasi pada aset digital selain Bitcoin.
  3. Kemampuan Bitcoin hanya dibatasi oleh kreativitas manusia. Bitcoin menjadi mata uang digital yang dapat memberikan solusi terhadap masalah keuangan yang ada saat ini.

Asal-usul Istilah Bitcoin Maximalist

Tidak ada waktu yang pasti kapan istilah Bitcoin Maximalist ini muncul. Namun banyak spekulasi menyatakan bahwa istilah ini dipakai pertama kali pada tahun 2013 yang dipelopori oleh Mike Hearn, developer Bitcoin dan mantan Senior Software Engineer di Google. Bahkan frasa Bitcoin Maximalist sering dikaitkan dengan Founder Ethereum Vitalik Buterin yang disebut sebagai seorang Bitcoiner pada tahun 2014.

Ciri-ciri seorang Bitcoin Maximalist

  • Hanya berinvestasi pada Bitcoin
  • Percaya bahwa Bitcoin akan menjadi “emas digital” di masa depan
  • Bitcoin menjadi aset crypto yang punya kapitalisasi pasar dan ekosistem terbesar dibanding mata uang crypto lain.
  • Mendukung gagasan keberhasilan mata uang digital bergantung pada jaringan blockchain.
  • Percaya Bitcoin sudah established secara sistem dan fundamental dibanding aset crypto lain
  • Mereka juga percaya Bitcoin akan menjadi mata uang cadangan global menggantikan mata uang fiat seperti dolar AS.

Dari seluruh ciri-ciri tersebut akhirnya melahirkan pengguna Bitcoin yang tidak mempercayai aset crypto atau disebut dengan Bitcoin Maximalist. Bahkan tokoh-tokoh besar banyak disematkan predikat sebagai Bitcoin Maximalist.

Tokoh Terkenal Sebagai Bitcoin Maximalist

Sumber: https://twitter.com/saylor/photo

Ada beberapa nama-nama besar yang diasosiasikan sebagai Bitcoin Maximalist, seperti Executive Chairman MicroStrategy Michael Saylor, Mantan Founder Twitter Jack Dorsey, CEO Blockstream Adam Black, hingga penulis buku Rich Poor Rich Dad Robert Kiyosaki.

Michael Saylor misalnya, lewat perusahaannya MicroStrategy menjadi salah satu perusahaan yang memiliki Bitcoin terbanyak, di mana hingga Juni 2023 mereka memiliki 140,000 BTC atau sekitar $3.8 miliar. Setelah melepaskan jabatan sebagai CEO, Michael Saylor mengunggah cuitan di Twitter (sekarang bernama X) berbunyi:

“In my next job, I intend to focus more on #Bitcoin,” – Michael Saylor

Senada dengan Michael Saylor, Jack Dorsey pun mengeluarkan pernyataan tegas tentang kepercayaannya pada Bitcoin. Dalam wawancara dengan The Times of London pada tahun 2018 silam, Ia menyatakan:

“The world ultimately will have a single currency, the internet will have a single currency. I personally believe that it will be Bitcoin,” Jack Dorsey.

Bahkan, keseriusannya pada adopsi Bitcoin yang lebih luas lagi, baru-baru ini Jack Dorsey dan rapper ternama Jay-Z mengakuisisi Qala, sebuah organisasi yang memberikan pelatihan pada Bitcoin engineer dan lightning di Afrika. Akuisisi ini dilakukan lewat Btrust, sebuah organisasi nirlaba Bitcoin yang dibentuk Jack bersama Jay-Z.

Fanatisme pada satu aset seperti halnya Bitcoin memunculkan istilah Bitcoin Maximalist. Ternyata pada kasus aset crypto selain Bitcoin juga muncul istilah lainnya yaitu Crypto Tribalism yang kurang lebih memiliki kesamaan dengan Bitcoin Maximalist.

Apa itu Crypto Tribalism?

Polka Dot Crypto GIF by Jæn - Find & Share on GIPHY
Sumber: Giphy

Crypto tribalism atau blockchain tribalism adalah sekelompok komunitas yang percaya pada ideologi aset crypto tertentu. Kepercayaan yang dibangun ternyata menjadikannya fanatisme berlebih pada satu aset, sehingga menimbulkan tribalisme pada aset crypto lainnya.

Asal-usul Istilah Crypto Tribalism

Lahirnya tribalisme dalam crypto dan blockchain karena tindakan orang atau komunitas yang terlalu fokus pada satu aset dan memunculkan reaksi emosional yang kemudian bisa membawa pihak lain menjadi fear of missing out (FOMO).

Reaksi emosional yang muncul menjadi sebuah fanatisme memang sulit terbendung mengingat teknologi crypto dan blockchain yang terbilang baru sehingga mendorong orang-orang yang sudah lebih awal berinvestasi pada aset tertentu terkesan alergi dengan kehadiran aset lainnya.

Faktor Pendorong Crypto Tribalism

Secara alamiah, crypto bisa tumbuh pesat karena didorong oleh besarnya komunitas. Berdasarkan data dari TripleA, di tahun 2023 ini ada sekitar 420 juta investor crypto yang tersebar di seluruh dunia.

Tak heran dengan jumlah investor dan aset crypto yang sangat banyak tentu setiap investor memiliki proyek unggulan dan mendedikasikan diri untuk setia pada proyek tersebut yang akhirnya melahirkan tribalisme antar sesama aset. Adapun beberapa faktor pendorong crypto tribalism antara lain:

  • Ada insentif yang kuat untuk setia pada proyek-proyek tertentu; insentif itu sebagian besar berupa uang.
  • Keyakinan dan ideologi yang dipegang teguh karena aset crypto yang dipilih punya peran besar dalam kehidupan nyata.
  • Ada faktor pendorong yang lebih ekstrem adalah beberapa orang ingin proyek yang tidak mereka pilih menemui kegagalan atau diberi predikat layak untuk gagal.

Mentalitas “eksklusivitas” ini dapat menyebabkan diskusi yang intens dan berpotensi memecah belah di dalam komunitas dan di luar komunitas yang bisa membuat teknologi baru sulit untuk diterima.

Proyek Crypto dengan Komunitas Fanatik

Dari ribuan proyek crypto yang hadir, ada beberapa proyek atau aset crypto yang telah memiliki fans fanatiknya, seperti:

  • Bitcoin Maximalism (BTC)
  • Ethereans (ETH)
  • Litecoiners (LTC)
  • Cardano fans (ADA)
  • BNB-Coin believers (BNB)

Studi Kasus Crypto Tribalism

Sumber: www.analyticssteps.com/

Kasus tribalisme dalam crypto pernah terjadi antara Bitcoin dengan Bitcoin Cash. Konflik ini dimulai dari pandangan yang berlawanan mengenai cara mengukur blockchain Bitcoin yaitu antara menggunakan Bitcoin atau big-blocker. Bitcoin sendiri ingin melakukan penskalaan rantai melalui teknologi Lightning Networks yang belum dapat diterapkan. Di lain sisi, big-blocker ingin menskalakan blockchain dengan meningkatkan batas ukuran blok di samping teknologi Layer 2.

Terjadi perdebatan antara kedua solusi tersebut yang pada akhirnya tidak menemui titik temu. Hingga pada 1 Agustus 2017 kelompok pendukung big-blocker memutuskan untuk memisahkan diri dengan menciptakan Bitcoin versi lain yaitu Bitcoin Cash. Kemunculan Bitcoin Cash memungkinkan kedua belah pihak melakukan penskalaan blockchain sesuai keinginan.

Namun diketahui seiring berjalannya waktu, setiap kelompok justru tetap saling menyerang dan menganggap aset yang mereka pilih lebih baik dibanding yang lain.

Dengan drama yang terjadi mengenai Crypto Tribalism, Brad Garlinghouse, CEO Ripple berpendapat tribalisme ini dapat menghambat industri crypto, “Tribalism around bitcoin and other cryptocurrencies is holding back the entire $2 trillion market. I own bitcoin, I own ether, I own some others. I am an absolute believer that this industry is going to continue to thrive,”

Baca juga: Apa itu Bitcoin Cash (BCH)?

Perbandingan Antara Bitcoin Maximalist dan Crypto Tribalism

Bitcoin MaximalistCrypto Tribalism
Spesifik hanya ke BitcoinTidak spesifik ke Bitcoin namun pada altcoin lain
Fokus pada fundamental BitcoinMelibatkan keterikatan emosional
Tidak percaya altcoinsAda intensi meningkatkan konflik antar komunitas crypto
Berinvestasi jangka panjang pada BitcoinFokus pada investasi jangka pendek dan cenderung reaktif

Bitcoin Maximalist dapat dianggap sebagai bentuk crypto tribalism, namun tidak semua perilaku tribalism bersifat Bitcoin Maximalist.

Kesimpulan

Baik Bitcoin Maximalist maupun Crypto Tribalism tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing tergantung dari perspektif mana kita menilai. Bitcoin Maxi bisa dikatakan menjadi corong yang baik untuk meningkatkan kesadaran investasi pada Bitcoin yang dinilai sebagai aset yang bernilai di masa depan. Sama halnya dengan Crypto Tribalism yang bisa menciptakan loyalitas tinggi pada komunitasnya sehingga setiap anggotanya dapat berperan sebagai pendukung utama dalam mendorong perkembangan dari proyek tersebut.

Namun dengan sifat keduanya yang terkesan egoistik dan terlalu superior dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan industri crypto. Misalnya tindakan seperti menolak inovasi terbaru, anti terhadap kritik, hingga tidak dapat dievaluasi dan tidak mau menerima solusi tentu bisa menjadi penghambat industri crypto. Untuk itu kita perlu rasional dalam menilai dan bersikap dan alangkah baiknya bersama-sama untuk membangun pendekatan solutif agar ekosistem crypto dapat berkembang dengan baik.

Referensi

Penulis:Moch. Yoga Samudera

Bagikan