Arbitrum berhasil terus mempertahankan dominasinya pada sektor Layer-2 di tengah kehadiran teknologi Zero-Knowledge maupun dari kejaran Optimism dengan pembaruan Bedrock-nya. Bahkan, ekosistem Arbitrum justru semakin berkembang dengan kehadiran berbagai protokol baru yang menarik perhatian pelaku crypto. Cari tahu kondisi Arbitrum saat ini serta potensi perkembangannya ke depan melalui artikel berikut.
Arbitrum adalah blockhchain Layer 2 pada Ethereum yang dibangun oleh tim Offchain Labs dan diluncurkan pada September 2021. Arbitrum menggunakan teknologi yang disebut Optimistic Rollups, yang memungkinkannya memproses transaksi dalam jumlah besar secara off-chain, namun tetap mempertahankan keamanan dan desentralisasi jaringan Ethereum.
Arbitrum saat ini berhasil menjadi layer-2 dengan jumlah valuasi terkunci (TVL) paling tinggi, yakni US$ 2,16 miliar atau setara 66,27% dari seluruh TVL L2. Lebih lanjut, saat ini sudah terdapat 389 protokol yang ada di jaringan Arbitrum. Menjadikannya jaringan dengan protokol terbanyak dibanding kompetitor layer-2 lainnya. Angka ini bahkan melampaui beberapa jaringan besar lama seperti Avalanche, Fantom, dan Solana.
Dari sisi volume transaksi, Arbitrum juga menjadi yang paling tinggi di antara Layer-2 lainnya, dengan volume 24 jam terakhir sebesar US$ 255,94 juta. Dibanding jaringan lain, jumlah tersebut hanya kalah dari Ethereum (US$ 1,24 miliar) dan BSC (US$ 523 juta). Sementara dari jumlah pengguna, tercatat sudah mencapai 8,3 juta pengguna.
Jangan lewatkan artikel berikut jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai teknologi serta cara kerja Arbitrum.
Tantangan bagi jaringan baru Layer-2 Ethereum seperti Arbitrum dan Optimism adalah mempertahankan jumlah pengguna dan tingkat transaksi. Pasalnya, kedua blockchain tersebut bisa mendapatkan pertumbuhan pengguna dan transaksi yang begitu pesat berkat adanya program insentif dan airdrop. Tak pelak, ketika insentif tersebut berakhir, timbul kekhawatiran berkurangnya pengguna masing-masing blockchain.
Nyatanya, kekhawatiran tersebut terjadi pada jaringan Optimism. Pasca airdrop token OP dan berakhirnya program insentif pada awal tahun ini, jumlah pengguna Optimism mengalami penurunan. Hal tersebut mengindikasikan motif pengguna yang sebatas mengincar airdrop OP maupun mencari keuntungan secara jangka pendek.
Namun, Optimism tak membiarkan penurunan tersebut berlarut-larut. Pembaruan Bedrock menjadi salah satu upaya Optimism menarik perhatian pengguna. Cari tahu lebih lanjut soal Optimism Bedrock melalui artikel berikut.
Di sisi lain, selepas Arbitrum meluncurkan token ARB pada akhir Maret 2023, jumlah pengguna dan transaksi harian justru masih terjaga. Hal ini menunjukkan pengguna Arbitrum mempunyai tingkat partisipasi dan pertumbuhan organik yang jauh lebih baik dari kompetitornya.
Pertumbuhan jaringan Arbitrum juga tercermin dari jumlah wallet baru yang melakukan transaksi pertama di Arbitrum. Setelah mencapai level puncaknya pasca airdrop ARB, jumlah wallet baru tersebut memang mengalami penurunan secara bertahap. Namun, secara keseluruhan jumlahnya masih tetap lebih tinggi dari rata-rata historis.
Pertumbuhan jumlah pengguna, transaksi, pembuatan new wallet, dan metrik on-chain tersebut memperlihatkan program insentif Arbitrum dan peluncuran ARB jauh lebih efektif dalam menarik maupun menjaga pengguna yang meyakini prospek jangka panjang Arbitrum. Hal ini juga diperkuat oleh temuan Castle Capital di mana sebanyak 80% dari keseluruhan token ARB senilai US$ 125 juta yang di-airdrop ke DAO masih tersimpan di multi-sig masing-masing proyek.
Cari tahu lebih lanjut mengenai ekosistem dan beragam aplikasi yang ada di jaringan Arbitrum melalui artikel berikut.
Pertumbuhan ekosistem Arbitrum secara pesat belakangan ini turut menumbuhkan aplikasi DeFi di dalamnya. Selain nama-nama besar seperti GMX, Radiant, dan Stargate, berikut adalah beberapa aplikasi DeFi yang sedang naik daun di Arbitrum:
Pendle adalah protokol permissionless DeFi yang memfasilitasi tokenisasi dan perdagangan future yield menggunakan sistem Automated Market Maker (AMM). Dengan menggunakan Pendle, pengguna bisa memaksimalkan keuntungan mereka di berbagai kondisi pasar dengan menerapkan macam-macam strategi advanced yield.
Seperti terlihat dari data DefiLlama di atas, TVL Pendle yang ada di Arbitrum sebesar US$ 61,31 juta per Juli 2023. Sementara jika menghitung TVL yang ada di jaringan selain Arbitrum, jumlahnya mencapai US$ 173,7 juta. Minat dan pengguna Pendle juga terus mengalami kenaikan yang tercermin dari pertumbuhan TVL yang pesat sejak awal tahun 2023 hingga Juli 2023.
Tujuan utama Pendle adalah menyediakan ekosistem bagi pengguna yang mempunyai aset yang menghasilkan yield untuk meningkatkan keuntungannya. Selain itu, pengguna juga dapat membeli aset dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Hal ini karena Pendle membagi aset yield-bearing menjadi token prinsipal dan token yield di mana pembagian tersebut membuat harga token prinsipalnya bisa lebih murah.
Pendle menjadi salah protokol yang digadang-gadang akan menjadi pemimpin pada sektor ini. Pasalnya, inovasi yang dilakukan oleh Pendle merupakan yang pertama dan belum dilakukan oleh platform lain. Apalagi, Pendle juga sudah multichain, menjadikan jangkauan mereka lebih lebar dan semakin potensial
Camelot adalah DEX berbasis dual AMM yang mendukung volatile dan stable swaps. Dengan menggunakan Camelot, terdapat fitur dynamic directional fees yang memungkinkan pengguna mengatur biaya transaksi untuk setiap pool ketika melakukan swap. Selain sebagai DEX, Camelot juga menjadi launchpad bagi protokol yang hendak melakukan launching di jaringan Arbitrum.
Camelot saat ini merupakan DEX yang mempunyai TVL terbesar keempat di jaringan Arbitrum dengan TVL sebesar US$ 80,71 juta per Juli 2023. Menariknya, jumlah tersebut dapat diperoleh Camelot dengan hanya beroperasi di jaringan Arbitrum saja. Sementara DEX lainnya seperti Uniswap V3, Balancer V2, dan Curve setidaknya beroperasi di lebih dari 5 jaringan.
Namun, fitur unggulan dari Camelot adalah pendekatan likuiditas baru berbasis non-fungible staked positions (spNFTs). Jadi, ketika posisi penyedia likuiditas teryata sesuai dengan pasangan aset crypto yang ada di daftar, spNFTs akan menghasilkan yield dengan imbalan langsung dari Camelot. Jadi, pengguna tidak hanya mendapatkan imbalan sesuai dengan token yang di-stake, namun juga akan mendapatkan token GRAIL dan xGRAIL.
GND Protocol adalah salah satu kuda hitam yang ada di jaringan Arbitrum. Baru diluncurkan pada awal Mei 2023, GND Protocol berhasil menarik perhatian komunitas crypto. Hal tersebut tercermin dari jumlah TVL mereka yang sudah mencapai US$ 39,85 juta dalam kurun waktu dua bulan saja.
GND Protocol saat ini mempunyai dua produk utama, yakni yield-bearing dan sumber penghasil pendapatan. Produk pertama GND Protocol adalah $gmUSD, yield-bearing pertama yang sepenuhnya berbasis stablecoin ($gDAI dan $gmdUSDC). Pasokan $gmUSD diatur oleh protokol minting yang berada dalam bagian Protocol Smart Arbitrage Leverage Mechanism (PSALM). Sebagai aset yield-bearing, nilai $gmUSD bisa mengalami apreasiasi sebesar 15-25% secara tahunan.
Produk kedua adalah adalah GND Farm di mana pengguna bisa menjadi penyedia likuiditas berbagai pasang aset crypto dan mendapatkan yield yang kompetitif. Sejak diluncurkan, kini GND Farm telah memiliki lebih dari 35 farm.
Dengan segala keunggulan dan dominasi yang dimiliki Arbitrum saat ini, masih terdapat ruang bagi Arbitrum untuk meningkatkan kinerjanya. Dari segi biaya transaksi misalnya, meskipun sudah jauh lebih murah dibanding Ethereum, nyatanya biaya tersebut masih bisa lebih murah lagi. Pembaruan EIP-4844 atau Proto-Danksharding akan menjadi faktor penting untuk hal tersebut.
Sederhananya, Proto-Danksharding adalah pembaruan yang memperkenalkan tipe transaksi blob atau disebut juga blob-carrying transaction. Nantinya, transaksi pembawa blob akan diproses secara terpisah sehingga Proto-Danksharding akan membuat semua transaksi rollup menjadi lebih murah.
Dengan demikian, biaya yang harus dibayar pengembang yang menjalankan L2 seperti Arbitrum akan jadi lebih murah. Biaya transaksi yang turun berpotensi membawa lebih banyak tim pengembang maupun pengguna ke Arbitrum selaku market leader di sektor L2.
Kamu bisa mempelajari lebih lengkap soal EIP-4844 atau Proto-Danksharding dan berbagai dampaknya melalui artikel berikut.
Di satu sisi, tim pengembang Arbitrum saat ini tengah fokus membangun infrastrukturnya dengan mengembangkan Arbitrum Orbit. Adapun, ia adalah platform Layer-3 yang dibangun di atas Arbitrum. Dengan menggunakan Arbitrum Orbit, tim pengembang bisa bebas untuk membuat L3 dengan memodifikasi faktor skalabilitas (Arbitrum Rollup) dan keamanan (Arbitrum Anytrust).
Jika memilih Arbitrum Rollup, maka L3-nya akan memiliki karakterisitik seperti Arbtrum One, yakni mengedepankan keamanan, namun tetap mempunyai tingkat skalabilitas yang baik. Sementara jika memilih Arbitrum Anytrust, maka L3-nya akan mempunyai karakteristik seperti Arbitrum Nova, yaitu berfokus pada tingkat skalabilitas, namun sedikit mengorbankan tingkat keamanannya.
Artikel berikut akan membantu memahami lebih lanjut mengenai layer-3 dan layer lainnya yang ada di blockchain.
Setelah mengetahui lebih lanjut soal ekosistem dan potensi Arbitrum, kamu bisa mulai berinvestasi pada token ARB dengan membelinya di aplikasi Pintu. Berikut cara membeli ARB pada aplikasi Pintu:
Selain token ARB, kamu juga bisa berinvestasi pada aset crypto lainnya seperti BTC, BNB, ETH, dan yang lainnya melalui Pintu secara aman dan mudah. Aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu.
Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Bagikan