Matching concept merupakan salah satu prinsip pelaporan akuntansi yang masih diterapkan untuk menghindari kesalahan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan konsep tersebut, masing-masing akun biaya dalam laporan laba-rugi harus diselaraskan pada periode perolehan pendapatan, termasuk salah satunya biaya penyusutan.
Artikel kali ini akan membahas secara rinci mengenai apa itu biaya penyusutan serta bagaimana cara perhitungannya. Yuk, simak bersama!
Secara sederhana, aset tetap atau fixed assets dapat dipahami sebagai salah satu jenis aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa, namun tidak untuk diperdagangkan kembali. Misalnya, mesin produksi, gedung, atau kendaraan.
Ketika perusahaan memutuskan untuk mengakuisisi suatu aset tetap, maka biayanya haruslah dikapitalisasi selama masa manfaat aset tersebut, dan bukan hanya pada periode akuntansi berjalan. Hal tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa aset tetap tersebut dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan selama lebih dari satu periode akuntansi.
Matching concept dalam penyusunan laporan keuangan menyatakan bahwa setiap biaya harus disesuaikan dengan periode akuntansi dimana pendapatan diperoleh. Konsep inilah yang mendasari perhitungan biaya penyusutan.
Biaya penyusutan adalah bagian dari aset tetap yang dianggap telah “dikonsumsi” selama periode berjalan. Tujuannya adalah untuk mengurangi nilai aset yang tercatat secara bertahap. Transaksi pencatatan biaya penyusutan merupakan jenis transaksi pencatatan non tunai alias tidak ada arus kas yang keluar.
Berdasarkan pengertiannya, beberapa contoh biaya penyusutan yang umumnya dicatat dalam laporan laba rugi antara lain biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan gedung dan bangunan, dan biaya penyusutan peralatan kantor.
Kendati tidak melibatkan arus kas keluar, namun biaya penyusutan tetap diakui sebagai kapitalisasi biaya yang dibebankan selama periode akuntansi berjalan. Besar biaya penyusutan ini nantinya akan dicatat dalam laporan laba rugi periode berjalan dan mengurangi pendapatan yang diperoleh perusahaan pada periode yang sama.
Tak hanya tercantum dalam laporan laba rugi, pencatatan biaya penyusutan nantinya juga akan terakumulasi dalam akun akumulasi penyusutan yang mengurangi nilai aset tetap dalam laporan posisi keuangan. Jurnal pencatatan biaya penyusutan pada laporan keuangan adalah sebagai berikut:
Untuk menghitung besar biaya penyusutan, maka terdapat tiga jenis metode perhitungan yang dapat dipilih dan diaplikasikan oleh perusahaan, antara lain:
Metode garis lurus adalah jenis metode perhitungan biaya penyusutan yang paling sederhana. Prinsip kerja metode ini adalah menghitung besar biaya penyusutan dengan cara mengurangkan harga perolehan aset dengan nilai sisa yang diharapkan dan membaginya dengan estimasi masa manfaat aset tersebut.
Baca juga: Apa itu Nilai Residu (Nilai Sisa) dan Cara Menghitungnya?
Berikutnya, ada metode double declining yang bertujuan untuk memperbesar angka penyusutan di awal masa penggunaan aset. Metode ini umumnya dipilih perusahaan dengan asumsi bahwa aset mungkin akan lebih banyak digunakan pada masa awal setelah proses akuisisi atau perolehan aset.
Metode unit produksi merupakan metode perhitungan biaya penyusutan suatu aset tetap berdasarkan jumlah unit barang yang diproduksi. Metode ini dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:
Agar lebih memahami cara menghitung biaya penyusutan, perhatikan kasus berikut. PT. A yang bergerak di bidang manufaktur telah mengakuisisi sebuah mesin packaging seharga Rp500.000.000 dengan biaya instalasi sebesar Rp25.000.000 pada tahun 2021 silam.
Mesin tersebut rencananya akan disusutkan tanpa nilai sisa (tidak terdapat nilai residu) dengan estimasi masa manfaat selama 10 tahun atau setelah menghasilkan 2.500.000 unit produk. Pada tahun 2021 tercatat PT. A telah memproduksi sebanyak 245.000 unit, dan selama tahun 2022 diperkirakan PT. A akan memproduksi sebanyak 255.000 unit.
Berdasarkan informasi tersebut, berapa biaya penyusutan dari mesin packaging PT.A? Berikut contoh perhitungan lengkapnya.
Berdasarkan metode garis lurus, besar biaya penyusutan mesin packaging selama tahun 2022 adalah sebesar:
Perlu dicatat bahwa harga perolehan aset merupakan total jumlah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses akuisisi aset tetap sampai aset tersebut siap untuk digunakan. Dalam kasus ini, harga perolehan mesin adalah harga mesin ditambah dengan biaya instalasinya, dengan total Rp525.000.000.
Untuk menghitung besar biaya penyusutan mesin di akhir tahun 2022 menggunakan metode double declining, maka kamu terlebih dahulu menghitung besar biaya penyusutan mesin di tahun 2021.
Setelah menghitung biaya penyusutan di tahun 2021, maka kamu perlu mengurangkannya dari harga perolehan aset untuk mengetahui nilai sisa dari aset mesin tersebut sebagai dasar perhitungan biaya penyusutan mesin di tahun 2022. Dengan demikian, besar biaya penyusutan di tahun 2022 adalah sebesar:
Baca juga: Perbedaan Metode Penyusutan Saldo Menurun dan Saldo Menurun Ganda, Sudah Tau?
Terakhir, jika menggunakan metode unit produksi maka besar biaya penyusutan mesin di tahun 2022 adalah sebesar:
Jadi, itulah penjelasan tentang apa itu biaya penyusutan, cara perhitungan, dan perlakuannya dalam laporan keuangan. Semoga bermanfaat!
Kamu bisa menemukan informasi lainnya seputar keuangan dan akuntansi di Pintu Blog, serta belajar crypto, salah satu aset investasi yang tengah diminati masyarakat Indonesia saat ini di Pintu Academy. Download Pintu sekarang dan berinvestasi mulai dari Rp11.000 saja!
Referensi: