Agar kondisi finansial perusahaan terlihat positif, salah satu solusinya adalah dengan menggunakan manajemen laba. Ada beberapa pihak yang setuju dengan cara ini, namun ada juga yang tidak. Lalu, apa sebenarnya pengertian manajemen laba atau earnings management? Berikut informasi lengkapnya.
Manajemen laba adalah penggunaan teknik akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan keinginan perusahaan, membuatnya terlihat lebih baik dari yang sesungguhnya ada.
Apabila dinyatakan secara gamblang, pengertian manajemen laba adalah aktivitas merekayasa laba yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Dalam manajemen laba, berbagai aturan dan prinsip akuntansi digunakan. Hasilnya sudah pasti laporan keuangan terlihat konsisten dan fluktuasinya tidak terlalu terlihat naik dan turun secara drastis.
Salah satu cara paling populer yang digunakan untuk memanipulasi laporan keuangan adalah dengan menggunakan kebijakan akuntansi. Tujuannya adalah untuk menunjukan nilai pendapatan yang lebih tinggi dalam jangka waktu relatif pendek, baik itu dalam waktu 1 tahun, 3 bulan hingga 1 bulan saja.
Menurut Fischer dan Rozenwig, manajemen laba adalah aktivitas yang dilakukan oleh manajer untuk menaikkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya. Kenaikan laba ini tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
Sedangkan menurut Setiawati dan Na’im, manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan memiliki tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
Dampak manajemen laba adalah menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.
Sementara menurut Ashari dkk, manajemen laba adalah area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai upaya yang negatif dan merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu merupakan upaya manipulasi data.
Manajemen laba bukan selalu berarti manipulasi. Bagi perusahaan baru, tentu penting untuk menciptakan citra positif. Bagaimapun, perusahaan baru akan menghitung Break Even Point (BEP) mereka. Tiap akuntan akan membuat laporan keuangan sesuai kebutuhan perusahaan. Untuk menghasilkan laporan yang positif, manajemen laba biasanya akan dilakukan.
Selain itu, fluktuasi besar dalam pendapatan dan pengeluaran perusahaan sebenarnya hal normal yang sering terjadi di banyak perusahaan. Namun, perubahan yang terlalu besar mungkin saja membuat para investor khawatir karena mereka cenderung mencari perusahaan yang stabil pendapatan dan pertumbuhannya. Bahkan, harga saham perusahaan setelah mengumumkan laba bisa naik atau turun, tergantung dari apakah hasilnya sesuai dengan ekspektasi analis atau tidak.
Untuk versi ekstrimnya, tujuan manajemen laba lainnya adalah untuk menghindari kebangkrutan perusahaan. Caranya adalah dengan memantau laporan laba rugi dan pengeluaran kas. Dalam hal ini, perusahaan dapat menggunakan berbagai cara untuk menghasilkan uang tunai dan menghemat pengeluaran.
Lantas bagaimana indikator manajemen laba? Menurut Healy (1985), terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan untuk mengetahui perilaku manajemen laba.
Indikator manajemen laba yang pertama adalah mengontrol jenis akrual, pada laporan laba-rugi yang tidak direpresentasikan oleh arus kas. Akrual didefinisikan sebagai porsi item pengeluaran dan penerimaan (revenue and expenses). Sementara yang kedua adalah melalui adanya perubahan kebijakan akuntansi.
Baca juga: Wah, Ternyata ini Perbedaan Laba dan Keuntungan dalam Akuntansi
Nah, berikut ini adalah jenis manajemen laba yang perlu kamu ketahui.
Metode yang pertama adalah manipulasi manajemen laba melalui estimasi dan metode akuntansi yang tidak memiliki dampak langsung pada nilai perusahaan. Ini biasa disebut sebagai manajemen laba akrual.
Sedangkan metode manajemen laba yang kedua adalah perusahaan benar-benar mengurangi beberapa pengeluaran yang dirasa kurang perlu. Tujuannya adalah untuk memperbaiki laporan keuangan. Biaya yang dipotong di antaranya adalah riset, pengembangan. periklanan, pengurangan harga, sampai mengurangi biaya produksi.
Manajemen laba oportunistik atau kebijakan manajemen laba yang didasari pada motivasi opportunistic adalah jenis manajemen laba yang cenderung menghasilkan laporan laba lebih tinggi dari sesungguhnya. Ini bisa dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dengan loss avoidance, earnings aggressiveness, maupun earnings smoothing.
Manajemen Laba Efisien adalah manajemen laba yang bertujuan untuk meningkatkan informasi mengenai laba, khususnya untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat privat. Manajer bisanya melakukan manajemen ini untuk mengontrol atau memonitor aktivitas internal perusahaan demi memilih kebijakan akuntansi tertentu, yang mana pastinya bukan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Metode manajemen laba yang dianggap efisien adalah dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi dalam waktu singkat.
Salah satu contoh manajemen laba dengan menggunakan metode tersebut adalah sebagai berikut.
Sebuah perusahaan furnitur menggunakan metode akuntansi Last-In First-Out (LIFO) untuk jurnal barang yang terjual. Dalam LIFO, barang yang paling baru dibeli dianggap terjual duluan.
Karena biaya inventaris barang meningkat dari waktu ke waktu, jadi barang baru yang dijual pun lebih mahal. Akhirnya laba yang didapat lebih rendah. Nah, supaya laporan keuangan jadi lebih baik, perusahaan furnitur ini bisa mengganti ke metode First-In First-Out (FIFO). Jadi, barang yang sudah disimpan lebih lama dan lebih murah akan dijual lebih dulu.
Dengan mengganti metode LIFO ke FIFO, pengeluaran inventaris pun bisa ditekan dan perusahaan bisa mendapatkan keuntungan lebih. Sehingga laporan keuangan pun terlihat lebih baik dengan nilai pendapatan yang lebih tinggi.
Itu dia pengertian manajemen laba hingga contohnya. Cukup menarik, bukan?
Bagi kamu yang ingin belajar lebih lanjut mengenai keuangan dan ekonomi, kamu bisa mengunjungi Pintu Blog. Pintu adalah aplikasi jual beli crypto yang telah terdaftar resmi di Bappebti, di mana kamu bisa berinvestasi mulai dari Rp11.000 saja.
Pintu juga menyediakan berbagai fitur yang cocok untuk investor pemula, diantaranya adalah Pintu Earn, di mana kamu bisa mendapatkan bonus APY hingga 12% per tahun (per tanggal rilis artikel ini), cukup dengan menyimpan sejumlah aset crypto kamu di Pintu Earn. Menguntungkan sekali, bukan?
Referensi:
Alicia Tuovila. Earnings Management. Diakses 19 agustus 2022
Sunarto. Teori Keagenan Dan Manajemen Laba. Diakses 19 agustus 2022
Dedie Wijaya. Pengaruh Manajemen Laba Efisien Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Rasio Profitabilitas. Diakses 19 agustus 2022
Rachappa Shette, Sudershan Kuntluru, Sunder Ram Korivi. Opportunistic Earnings Management During Initial Public Offerings: Evidence From India. Diakses 19 agustus 2022