Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno memberikan pendapatnya soal Metaverse pada acara Asia Tech Singapore (ATxSG) 2022 yang digelar di Ritz Carlton Singapura Mei 2022 lalu.
Beliau menilai bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal perkembangan teknologi Metaverse. Selain membuka banyak lowongan pekerjaan baru, industri Metaverse juga dinilai mampu mempermudah berbagai bidang pekerjaan dengan kemunculan inovasi teknologi baru tersebut.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Ciena mengungkapkan angka kesiapan para profesional bisnis untuk berkolaborasi di dunia virtual. Hasil studi ini dinilai mengejutkan karena faktanya sebanyak 98 persen responden di Indonesia mengakui nilai dari rapat virtual.
Tak kalah mengejutkan, sekitar 88 persen responden di Indonesia juga menyatakan siap berpartisipasi dalam rapat kerja di Metaverse dibandingkan memanfaatkan tool konferensi video yang sudah ada.
Angka kesediaan responden Indonesia untuk memanfaatkan lingkungan kerja virtual di Metaverse ini faktanya lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata global sebesar 78 persen.
Lebih lanjut lagi, penelitian yang dilakukan Ciena pada Juni 2022 tersebut mencoba untuk mengeksplorasi bagaimana para pekerja profesional memandang penggunaan Metaverse saat bekerja.
Penelitian ini dilakukan dengan menyasar 15.000 profesional bisnis di 15 negara. Survei ini juga menunjukkan bahwa 66 persen pekerja Indonesia mengakui bahwa rapat virtual dapat meminimalisir distraksi atau celah untuk berbincang dengan sesama rekan kerja. Hal ini menjadikan rapat virtual dinilai lebih efisien dibandingkan dengan rapat tatap muka.
Baca Juga: Ghana Bersiap Mengejar Nigeria dan Kenya dalam Adopsi Crypto
Meskipun hasil survei tersebut menunjukkan tingginya keinginan para pekerja di Indonesia untuk mengeksplorasi lingkungan kerja virtual, faktanya, ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam hal adopsi teknologi ini. Kendala utama adalah soal keterbatasan fasilitas untuk mendukung adopsi platform Metaverse di Indonesia secara lebih luas.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sekitar 52 responden mengaku tidak memiliki hardware yang tepat untuk mengakses teknologi Metaverse. Sedangkan sekitar 43 person responden mengungkapkan kekhawatiran bahwa teknologi ini belum tersedia di Indonesia.
Data lain menunjukkan sebanyak 59 persen responden meyakini bahwa performa jaringan yang tidak bisa diandalkan menjadi alasan utama bagi perusahaan enggan menggunakan platform kerja virtual.
Bisa disimpulkan bahwa persoalan fasilitas pendukung teknologi Metaverse menjadi satu hal yang harus menjadi fokus utama agar para pekerja dapat mengakses teknologi ini dengan mudah. Perusahaan dan para pekerja di Indonesia juga membutuhkan edukasi mengenai bagaimana teknologi Metaverse dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan produktivitas.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia memiliki PR tersendiri untuk memastikan para pekerja di Tanah Air memiliki jaringan internet yang bisa diandalkan untuk mengakses lingkungan kerja virtual ini.
Referensi:
Gagas Yoga Pratomo. Studi: 88 Persen Pekerja di Indonesia Siap Rapat Melalui Metaverse. Diakses tanggal: 04-10-22
Imam Suhartadi. 88 Persen Karyawan di Indonesia Siap Rapat Virtual di Metaverse. Diakses tanggal: 04-10-22
Khadijah Shahnaz. Sandiaga Uno Bicara soal Potensi Metaverse Indonesia, Ini Katanya. Diakses tanggal: 04-10-22
Temposiana. Survey Ciena: 88 Persen Karyawan di Indonesia Siap Meeting di Metaverse. Diakses tanggal: 04-10-22