Jack Dorsey, salah satu pendiri dan ex-CEO Twitter, telah meluncurkan versi terbaru dari protokol sosialnya dan aplikasi Bluesky Social yang baru sebagai alternatif terdesentralisasi untuk Twitter.
Dikutip dari CoinTelegraph, Dorsey mengumumkan proyek tersebut pada Desember 2019, yakni hampir tiga tahun lalu. Proyek ini merupakan proyek independen dan tidak dipengaruhi oleh pembelian Elon Musk. Tujuan dari proyek ini adalah agar pengguna media sosial memiliki kontrol atas data mereka dan dapat memindahkannya dari platform ke platform tanpa perantara.
Meskipun masih belum pasti mengenai kapan peluncuran aplikasi Bluesky, pengguna aplikasi media sosial diizinkan untuk bergabung dengan waiting list privat untuk berpartisipasi dalam pengujian beta sebelum peluncuran yang sebenarnya, sesuai dengan yang diungkapkan Dorsey pada 18 Oktober 2022 lalu.
Aplikasi media sosial Bluesky adalah hasil akhir dari begitu banyak upaya interoperabilitas, kinerja, pilihan algoritmik unik, dan banyak lagi.
Protokol baru, yang dulu disebut ADX tetapi sekarang disebut AT Protocol atau Authenticated Transfer Protocol, digambarkan sebagai “protokol untuk aplikasi sosial terdistribusi skala besar” yang akan memungkinkan portabilitas akun, pilihan algoritmik, interoperabilitas, dan kinerja yang optimal.
Di bawah protokol tersebut, nama domain dalam protokol AT, seperti “@alice.com,” akan digunakan untuk mengidentifikasi pengguna. Nama domain ini kemudian akan ditautkan ke URL kriptografik yang akan melindungi akun pengguna dan datanya.
Dikutip dari CoinTelegraph, data ini juga dapat dipindahkan dari satu penyedia ke penyedia lainnya “tanpa menghilangkan data atau grafik sosial Anda.”
<meta charset="utf-8">Baca Juga: Elon Musk dan CEO Twitter Jack Dorsey Bakal Diskusi di Event Bitcoin Juli 2021!
Dikutip dari crypto.news, Bluesky menguraikan fitur protokolnya dalam postingan blog mereka. Fitur tersebut diantaranya adalah:
Bluesky juga pernah mengatakan bahwa caranya untuk memoderasi konten memiliki “beberapa lapisan di seluruh sistem, seperti algoritma agregasi, ambang batas berbasis reputasi, dan pilihan pengguna akhir.” Platform sosial terdesentralisasi dapat menjadi jawaban atas kritik luas terhadap manipulasi terpusat dari feeds, akun, dan data media sosial yang kerap dianggap merusak kohesi sosial.
Referensi: