Baru-baru ini, OpenSea, yang merupakan market NFT terbesar di dunia, telah mengumumkan bahwa mereka meluncurkan alat on-chain yang berfungsi untuk menegakkan royalti NFT. Pasalnya pada saat ini, alat tersebut hanya bisa digunakan untuk koleksi NFT terbaru saja. Seperti apa penerapan alat on-chain yang diluncurkan oleh OpenSea tersebut? Simak selengkapnya berikut ini!
Dilansir dari NFTnow, perdebatan tentang royalti di komunitas NFT masih menjadi perdebatan yang panas di industri NFT. Tak hanya itu, sistem royalti kreator yang ditetapkan oleh NFT marketplace menuai pro dan kontra dikalangan para penggemar NFT. Banyak penggemar NFT yang mendukung sistem royalti kreator tersebut, bahkan tidak sedikit juga dari mereka yang turun ke media sosial untuk bersuara dan mempertahankan sistem yang diterapkan itu. Namun, ada juga beberapa kolektor dan seniman yang menepis adanya sistem royalti kreator. Karena adanya drama panas mengenai perbedaan pendapat yang terjadi di ekosistem NFT, sistem royalti kreator hingga kini masih menjadi perdebatan yang panjang.
Dilansir dari Cointelegraph, OpenSea yang saat ini menguasai 66% pangsa pasar NFT, cenderung diam tentang masalah royalti tersebut. Dalam postingan blog OpenSea yang diterbitkan pada 6 November 2022, CEO OpenSea, Devin Finzer, menyampaikan bahwa untuk marketplace NFT yang memiliki biaya bersifat optional, voluntary creator fee memiliki rate yang kurang dari 20%. Sementara itu, di marketplace lainnya, creator fee bahkan sama sekali tidak dibayarkan.
Dilansir dari CoinTelegraph, 7 November 2022, Finzer secara resmi mengatakan bahwa OpenSea telah meluncurkan alat baru yang memungkinkan para kreator mendapatkan royalti mereka.
OpenSea juga membagikan cuitan di akun Twitter nya seputar peluncuran alat on-chain. Di Akun Twitter @opensea, disampaikan bahwa “Ada banyak diskusi selama beberapa bulan terakhir tentang model bisnis untuk kreator NFT dan apakah creator fees (royalti) layak. Mengingat peran kami dalam ekosistem, kami ingin mengambil pendekatan yang bijaksana dan berprinsip pada topik ini dan juga untuk memimpin dengan solusi.”
Baca Juga: Laris, Koleksi NFT Anthony Hopkins Terjual Dalam Hitungan Menit di OpenSea
Finzer mendeskripsikan alat tersebut sebagai sebuah “cuplikan kode sederhana”, yang memungkinkan kreator untuk memberlakukan royalti pada smart-contracts pengumpulan NFT baru. Kode tersebut juga akan membatasi penjualan NFT hanya ke market yang memberlakukan creator fees saja. Artinya, koleksi apapun yang dibuat menggunakan alat ini akan masuk ‘daftar hitam’ agar tidak bisa dijual kembali di marketplace yang tidak memberlakukan royalti.
Dilansir dari Coindesk, OpenSea akan menetapkan sistem royalti ini hanya untuk koleksi baru NFT yang terdaftar sejak tanggal 8 november 2022. Sementara itu, untuk koleksi NFT yang lama masih dalam proses pembuatan dan akan mulai dirilis tanggal 8 Desember 2022 mendatang.
Peluncuran alat on-chain yang dilakukan oleh OpenSea ini menuai beragam reaksi dari para kreator NFT, salah satunya Wab.eth dan Betty NFT.
Wab.eth, yang merupakan pendiri dari koleksi Sappy Seals NFT dan salah satu pendiri The Pixlverse dan Pixl Labs, membagikan cuitan di akun Twitter-nya dan mengatakan bahwa pada dasarnya ia tidak setuju dengan penghapusan royalti, namun tetap menghargai keputusan yang diterapkan.
Tidak hanya @web.eth saja yang menanggapi hal ini, @betty_nft yang juga merupakan kreator NFT merasa bahwa ada pertanyaannya yang belum terjawab hingga saat ini.
Betty, yang merupakan nama samaran untuk salah satu pencipta koleksi Deadfellaz NFT, mengatakan kepada 89.000 pengikutnya bahwa, “Setelah berbicara dengan @opensea, rasanya seperti tidak ada rencana dan tidak ada jawaban yang jelas yang diberikan sehubungan dengan royalti untuk para seniman dan koleksi yang ada.” Tak berhenti disitu Betty juga menyampaikan bahwa ia berharap OpenSea bisa angkat bicara terkait hal tersebut, karena hal itu bisa berdampak untuk industri NFT.
Referensi: