Dalam laporan Fin Extra (25/1/23), baru-baru ini perusahaan start-up bernama Copper, yang bergerak dibidang perdagangan aset digital menunjuk mantan kanselir kementerian keuangan Inggris, Philip Hammond, sebagai ketua. Dalam sebuah wawancara, Hammond mengatakan bahwa Inggris tertinggal dari negara tetangga untuk jadi negara pusat crypto. Bagaimana kelanjutannya? Simak selengkapnya melalui artikel ini.
Dilansir dari Coindesk (25/1/23), mantan Kanselir Inggris, Philip Hammond mengatakan bahwa Inggris telah tertinggal dari beberapa negara tetangga dalam membangun diri sebagai pusat crypto.
Dalam wawancara bersama Financial Times, Hammond mengatakan bahwa Inggris perlu mempercepat upaya untuk membangun rezim regulasi yang lebih efektif untuk aset digital.
Menurut laporan, tahun lalu, Kanselir Rishi Sunak, yang sekarang menjabat sebagai Perdana Menteri, memaparkan ambisinya untuk mengubah Inggris menjadi pusat crypto dengan rencana membawa stablecoin ke dalam sistem pembayaran negara. Saat ini, dokumen kebijakan tentang bagaimana crypto harus diatur terkesan sudah terlambat, namun menteri layanan keuangan Inggris, Andrew Griffith, baru-baru ini mengatakan bahwa dokumen tersebut akan siap dalam “hitungan minggu, bukan bulan.”
Mengenai hal ini, Hammond berkomentar,
“Inggris harus memimpin setidaknya di bidang pasca-Brexit, karena negara ini membiarkan dirinya tertinggal,” Tak hanya itu, ia membandingkan Inggris dengan beberapa contoh seperti, “Swiss berada jauh di depan dalam kasus ini. Uni Eropa juga bergerak lebih cepat. Maka dari itu, Inggris harus ada keinginan untuk mengambil risiko yang terukur.”
Baca juga: McDonald’s Mulai Menerima Pembayaran Bitcoin dan Tether di Swiss
Mengutip dari Coindesk, perusahan kustodian dan perdagangan aset digital termasuk di antara perusahaan-perusahaan yang menarik permohonannya untuk mendaftar ke Financial Conduct Authority (FCA) atau Otoritas Perilaku Keuangan tahun lalu. Banyak dari perusahaan ini beralih ke Swiss, termasuk Copper. Terkait hal ini, Hammond menyalahkan langkah tersebut pada kelambatan FCA dan mengatakan bahwa Copper berharap untuk bisa kembali ke Inggris di masa depan.
Hammond, yang menjabat sebagai kanselir Inggris atau menteri keuangan dari 2016 hingga 2019, telah bergabung dengan Copper sebagai penasihat pada 2021. Hingga saat ini, Copper diketahui hampir menyelesaikan putaran pendanaan lain, yang akan bernilai $2 miliar.
Lebih lanjut, dalam menunjuk Hammond sebagai ketua, Copper mengandalkan koneksi dan profil publiknya yang tinggi untuk membuat kesadaran tentang perlunya menghubungkan keuangan tradisional dengan teknologi buku besar terdistribusi, dan juga untuk mereformasi kerangka kerja peraturan Inggris yang mengatur aset digital.
Masih dalam sebuah wawancara, Hammond berkata,
“Tantangan keamanan dan regulasi sektor aset digital baru-baru ini hanya berfungsi untuk menekankan perlunya infrastruktur perdagangan yang aman dan teregulasi dengan baik. Faktanya, saya tetap berpandangan bahwa sektor jasa keuangan pasca-Brexit Inggris perlu merangkul teknologi buku besar terdistribusi sebagai bagian penting dari strategi untuk tetap menjadi pusat keuangan global utama. Saya berharap dapat terus membuat kesadaran semacam ini agar potensi yang ada dapat direalisasikan.”
Terlepas hal ini, tidak bisa dipungkiri bahwa cryptocurrency semakin populer di Inggris. Pada minggu kedua Januari 2023, Inggris diketahui membentuk aliansi advokat mata uang digital untuk mengembangkan kebijakan, praktik, dan regulasi yang lebih baik seputar mata uang digital termasuk crypto. Baca selengkapnya di Inggris Bentuk Aliansi Advokasi Crypto, Trading Crypto Jadi Makin Aman!
Referensi: