Seiring dengan tumbuhnya seruan untuk pembentukan alternatif global bagi dolar AS, agensi pemeringkat kredit Moody’s mengatakan pada 25 Mei 2023 bahwa mata uang saingan seperti euro dan yuan Cina belum mengancam posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
Agensi tersebut mengatakan bahwa kesalahan kebijakan yang mengurangi kepercayaan, seperti kegagalan Kongres AS untuk menaikkan batas utang, merupakan “bahaya terbesar jangka pendek bagi posisi dolar.”
Moody’s menyatakan bahwa meskipun kemungkinan dolar AS kehilangan dominasinya nyata, saat ini tidak ada alternatif yang layak untuk menggantikannya.
Moody’s menegaskan bahwa mata uang saingan saat ini seperti euro dan yuan Cina tidak akan mampu dengan cepat menandingi karakteristik inti yang membuat dolar menjadi mata uang paling dominan.
Baca Juga: De-Dolarisasi: Pertemuan ACU dan Kemungkinan Iran Bergabung dengan BRICS
Meski demikian, catatan Moody’s tetap memperingatkan tentang faktor-faktor yang membentuk ancaman nyata terhadap posisi dolar AS.
Menurut catatan tersebut, bahaya terbesar jangka pendek bagi posisi dolar berasal dari risiko kesalahan kebijakan oleh otoritas AS sendiri, seperti default AS atas utangnya misalnya.
Sekretaris Keuangan Janet Yellen telah memperingatkan tentang bencana ekonomi jika pemerintah AS gagal membayar utang.
Sementara itu, Kristalina Georgieva, kepala International Monetary Fund (IMF), memperingatkan tentang gangguan besar bagi ekonomi dunia jika pemerintah AS gagal membayar utang.
Bicara soal IMF, beberapa waktu lalu IMF dengan tegas memilih untuk fokus mergulasi aset crypto dibandingkan melarangnya.
Simak informasi selengkapnya mengenai Ketua Pelaksana IMF Lebih Setuju Untuk Meregulasi Crypto Daripada Melarangnya di sini.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: