Dalam dunia yang semakin digital, batas antara manusia dan teknologi semakin dekat. Salah satu contoh paling menonjol adalah dalam industri musik, di mana kecerdasan buatan kini mampu menciptakan komposisi musik.
Tapi apakah musik yang dihasilkan oleh AI bisa memenangkan penghargaan Grammy? CEO Recording Academy, Harvey Mason, baru-baru ini memberikan jawaban yang mengejutkan. Penasara? Simak selengkapnya di bawah!
Sebelumnya, Grammy Awards, atau lebih dikenal sebagai Grammy, adalah penghargaan yang diberikan oleh Recording Academy untuk menghargai prestasi luar biasa dalam industri musik. Penghargaan ini merupakan salah satu dari empat penghargaan musik utama di Amerika Serikat, bersama dengan Billboard Music Awards, American Music Awards, dan Country Music Association Awards.
Penghargaan Grammy pertama kali diberikan pada tahun 1959 dan sejak itu telah menjadi salah satu acara paling penting dalam kalender musik setiap tahun. Penghargaan ini mencakup berbagai kategori, termasuk Album of the Year, Song of the Year, Record of the Year, dan Best New Artist, serta berbagai kategori genre musik seperti pop, rock, country, dan jazz.
Pada 4 Juli 2023, Harvey Mason, CEO dan presiden Recording Academy, mengklarifikasi dalam sebuah wawancara dengan AP bahwa musik yang mengandung elemen yang dibuat oleh AI memang memenuhi syarat untuk masuk nominasi dan dipertimbangkan untuk nominasi Grammy.
Baca juga: Google Ubah Kebijakan Privasi untuk Pelatihan AI, Inovasi atau Kontroversi?
Namun, dia menekankan bahwa Academy tidak akan memberikan Grammy atau nominasi kepada bagian AI dari lagu tersebut. Misalnya, jika model suara AI melakukan vokal utama pada lagu tersebut, lagu tersebut bisa memenuhi syarat dalam kategori penulisan lagu tetapi tidak dalam kategori penampilan, dan sebaliknya.
Meski demikian, Mason menjelaskan bahwa āapa yang sedang tampil bukanlah ciptaan manusia,ā dan selama manusia berkontribusi lebih banyak, dan dengan cara yang berarti, itu akan āselaluā dipertimbangkan.
Untuk saat ini, Academy mengatakan tidak akan memberikan penghargaan kepada AI itu sendiri.
āKami tidak ingin melihat teknologi menggantikan kreativitas manusia. Kami ingin memastikan teknologi meningkatkan, memperindah, atau menambah kreativitas manusia,ā kata Mason.
Pada bulan Juni lalu, Recording Academy memperbarui aturannya dan kriteria kelayakan untuk menyatakan, ākarya yang tidak mengandung penulisan manusia tidak memenuhi syarat dalam kategori apa pun.ā
Baca juga: Revolusi Komunikasi Antariksa, NASA Luncurkan Interface AI ChatGPT!
Beberapa artis, seperti Grimes, telah dengan terbuka menyambut teknologi ini dan bahkan mengatakan dia bersedia membagi 50% royalti dengan pencipta mana pun yang menggunakan trek suaranya dalam lagu yang sukses.
Di sisi lain, seorang rapper populer Amerika Serikat, Ice Cube, yang terkenal karena karyanya pada akhir 80-an dan awal 90-an dengan N.W.A., menyebut AI adalah iblis. Ia mengatakan akan menuntut siapa pun yang meniru suaranya di trek AI, bersama dengan platform yang menjadi tuan rumah lagu tersebut.
Dengan perkembangan teknologi AI yang semakin pesat, industri musik dan dunia pada umumnya harus siap untuk beradaptasi dan menerima perubahan. Meski demikian, penting untuk diingat bahwa meski AI mungkin bisa menciptakan musik, kreativitas dan sentuhan manusia masih menjadi kunci dalam menciptakan karya seni yang berarti dan berdampak.
Dalam konteks Grammy, penghargaan tertinggi dalam industri musik, ini berarti bahwa meski AI dapat berkontribusi dalam proses penciptaan, pengakuan dan penghargaan akan tetap diberikan kepada kreativitas dan inovasi manusia.
Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputarĀ crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
Referensi: