Saat gelombang crypto melanda dunia, Hong Kong tampaknya terjebak dalam pusarannya. Namun, gelombang adopsi ini bukan hanya fenomena lokal, tetapi merupakan tanda-tanda dari arus bawah yang mengalir di daratan China. Kecepatan adopsi crypto dan Web3 di Hong Kong, menurut pendiri Animoca, Yat Siu, adalah gema dari pergeseran besar yang terjadi di seberang perbatasan.
Hong Kong, menurut Siu, melampaui batas-batas negara kota, memancarkan tanda-tanda tren yang lebih luas di daratan China. Gelombang perubahan ini menarik, mengingat penolakan daratan terhadap crypto yang terkenal. Meski tampak paradoks, Siu percaya bahwa semangat di Hong Kong adalah perpanjangan dari strategi China yang lebih luas.
Baca juga: Hong Kong Bentuk Satuan Tugas Khusus Web3, Bakal Dominasi Era Digital?
Pada bulan Mei 2023, China merilis white paper yang merinci rencana Web3-nya, mengumumkan masa depan internet. Ini datang hanya beberapa hari setelah Hong Kong mengumumkan niatnya untuk melegalkan investasi crypto ritel. Siu berpendapat bahwa meski crypto secara mencolok absen dari white paper Web3 China, komitmen negara tersebut untuk mendanai kemajuan Web3 adalah indikasi penting dari tujuan digitalnya yang lebih luas.
Siu melanjutkan untuk membahas Web3 sebagai pergeseran paradigma teknologi, berpotensi mengganggu supremasi teknologi AS. Dia merujuk pada risiko keamanan yang terkait dengan ketergantungan global pada raksasa teknologi seperti Google, Apple, dan Facebook, yang mendasari urgensi pergeseran paradigma ini.
Negara-negara seperti Jepang, Korea, dan terutama China membuat langkah besar dalam Web3, melihatnya sebagai peluang unik untuk berbeda dari teknologi yang didominasi AS. Siu menyarankan bahwa tantangan ini sangat penting bagi China, karena sejalan dengan strategi de-dollarisasi yang lebih luas. Dengan mempromosikan Web3, negara-negara dapat mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS, mata uang global yang mengatur perdagangan dan perdagangan internasional.
Baca juga: Hong Kong Mengincar Status Hub Digital dengan Melatih Pedagang Aset Virtual!
Meski daratan memiliki sikap crypto yang ketat, yang ditunjukkan oleh larangan total Bank Rakyat China terhadap hampir semua aktivitas kripto pada 2021, negara tersebut tetap menjadi pusat penambangan crypto yang tangguh. Fakta ini, ditambah dengan regulasi crypto progresif Hong Kong, telah membangkitkan harapan di antara penggemar crypto tentang China yang berpotensi mengangkat larangan crypto yang berlangsung lama.
Namun, pandangan berlawanan tetap ada, dengan eksekutif seperti Chenggang Zhou, CEO CPIC Investment Management, menekankan kembali sikap anti-crypto keras China. Dikotomi antara semangat di Hong Kong dan perlawanan keras China menimbulkan pertanyaan tentang jalan ke depan dan apakah China memang mengarahkan aspirasi crypto Hong Kong.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: