Jamaika sedang berada di tengah transformasi keuangan digital, dengan mata uang digital pusatnya, Jam-Dex, menjadi pusat perubahan ini. Sektor transportasi, khususnya supir taksi dan bus, tampaknya ingin memanfaatkan keuntungan dari Jam-Dex. Ini adalah bagian dari upaya lebih besar oleh Jamaika untuk mendorong ekonomi yang lebih terdigitalisasi.
Jam-Dex, atau Jamaican Digital Exchange, diluncurkan oleh Bank Sentral Jamaika sekitar setahun yang lalu. Aldo Antonio, co-founder dan ketua eksekutif sementara dari National Transporters Alliance Group (NTAG), memimpin upaya untuk mempromosikan keuntungan Jam-Dex di ruang transportasi.
Baca juga: Mastercard Gandeng Ripple dan ConsenSys: Misi Baru untuk Revolusi CBDC!
Meskipun ada tantangan berupa minat yang relatif rendah terhadap CBDC di antara supir taksi dan bus, Antonio tetap optimis.
“Saya melihat Jam-Dex sebagai sesuatu yang akan sangat transformatif untuk sektor transportasi umum dan perlu diterima,” kata Antonio.
Antonio menunjuk makanan dan transportasi sebagai dua sektor utama yang dapat meningkatkan penggunaan Jam-Dex sehari-hari.
“Jika kita bisa membuat mereka (orang Jamaika) bergerak dan membayar transportasi menggunakan Jam-Dex setiap hari, ini akan meningkatkan kecepatan di mana kita bisa mendapatkan mata uang digital ke tangan orang,” kata Antonio.
Selain itu, mata uang digital ini bisa efisien menyelesaikan masalah dunia nyata yang dihadapi oleh supir, seperti risiko yang terkait dengan penanganan uang tunai dan masalah memberikan kembalian yang tepat.
Dengan sekitar 25.000 hingga 30.000 pemilik transportasi di Jamaika, adopsi kolektif Jam-Dex bisa sangat memperluas jangkauannya, yang saat ini berdiri di sekitar 10.000 vendor dan sekitar 200.000 pengguna melalui dompet digital Lynk yang disediakan oleh NCB Financial Group di Jamaika.
Baca juga: Bank Sentral Australia Selesaikan Uji Coba CBDC, Inilah 4 Temuan Utamanya!
Selain itu, Jamaika juga sedang bekerja untuk memungkinkan layanan CBDC di ponsel umum.
“Dengan itu terjadi dan pelatihan yang terjadi, maka sektor ini bisa berada dalam posisi pada Januari, jika tidak sebelumnya, untuk dapat menerima pembayaran jenis Jam-Dex,” kata Antonio.
Pada akhirnya, adopsi Jam-Dex oleh supir taksi dan bus di Jamaika menunjukkan potensi besar mata uang digital ini dalam memfasilitasi transaksi sehari-hari dan meningkatkan efisiensi. Dengan pelatihan dan implementasi yang tepat, sektor transportasi bisa menjadi pelopor dalam adopsi mata uang digital ini.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: