Apakah kamu tahu bahwa kemajuan teknologi Web3 di Afrika terhambat oleh regulasi yang belum jelas? Jathin Jagannath, advokat pengembang dari Cartesi, sebuah protokol rollup Web3, menyoroti ketidakpastian regulasi sebagai penghalang utama di lanskap Web3 Afrika. Ketidakjelasan ini menimbulkan keraguan di kalangan pengguna dan investor potensial, padahal Afrika memiliki potensi besar untuk adopsi dan inovasi Web3. Simak berita lengkapnya berikut ini!
Ketidakpastian regulasi menjadi tantangan serius yang dihadapi oleh Web3 di Afrika. Jathin mengungkapkan bahwa absennya regulasi yang terdefinisi dengan baik membuat banyak pihak ragu untuk terjun ke dalam ekosistem Web3.
Hal ini berdampak pada kepercayaan dan keamanan investasi di sektor ini. Di sisi lain, laporan terbaru dari PricewaterhouseCoopers dan Emurgo Africa menunjukkan bahwa pendanaan blockchain di Afrika meningkat sebesar 1.668% pada tahun 2022.
Negara-negara seperti Kenya, Nigeria, dan Afrika Selatan menjadi pelopor adopsi Web3 di benua tersebut. Namun, tanpa regulasi yang mendukung, potensi ini bisa terhambat.
Baca Juga: Survei: 75% Game Web3 Gagal dalam 5 Tahun Terakhir, Apa Penyebab Utamanya?
Selain masalah regulasi, Jathin juga menyoroti kurangnya pendidikan dan aksesibilitas terhadap pengetahuan Web3. Menurutnya, literasi digital yang meningkat sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja terampil dan basis pengguna yang kuat. Ini merupakan kunci sukses integrasi teknologi Web3.
Dalam sebuah wawancara dengan Cointelegraph, Jathin menekankan bahwa ketidakjelasan regulasi dapat mengakibatkan keengganan untuk sepenuhnya memanfaatkan kemungkinan transformasi yang ditawarkan oleh Web3:
āDengan kejelasan regulasi, peningkatan literasi digital, dan peningkatan infrastruktur, kita akan melihat masyarakat Afrika mengatasi hambatan-hambatan ini dan beralih ke modernisasi yang cepat.ā
Untuk mengatasi hal ini, Cartesi berkolaborasi dengan Web3bridge untuk menyelenggarakan masterclass Cartesi selama delapan minggu di Nigeria pada awal Januari 2024. Tujuannya adalah untuk meningkatkan visibilitas dan kemampuan pengembang di ekosistem Afrika, khususnya di Nigeria yang memiliki scene blockchain yang dinamis.
Baca Juga: Terobosan Web3 yang Akan Mengubah Dunia Crypto!
Afrika dianggap sebagai benua yang siap untuk ledakan Web3 pada tahun 2024 dan seterusnya. Hal ini didukung oleh demografi muda dan mata uang yang tidak stabil. Jathin percaya bahwa Web3 dapat membawa perubahan transformatif dalam interaksi masyarakat Afrika dengan sistem keuangan dan perdagangan lintas batas.
Menurut Oxford Business School, hampir 24% penduduk Afrika tidak terlibat dalam sistem perbankan. Jathin menekankan bahwa dompet terdesentralisasi dan aplikasi Web3 lainnya dapat mengatasi tantangan ini. Dengan demikian, Web3 berpotensi besar untuk mengubah cara masyarakat Afrika berinteraksi dengan sistem keuangan.
Kesimpulan
Kendala regulasi dan pendidikan yang dihadapi Web3 di Afrika memang serius, namun upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak seperti Cartesi dan Web3bridge menunjukkan adanya komitmen untuk mengatasi hambatan tersebut. Dengan potensi yang besar, Afrika bisa menjadi pusat inovasi Web3 di masa depan jika tantangan ini dapat diatasi.
Ikuti kami diĀ Google NewsĀ untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputarĀ crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: