Dalam langkah yang mengejutkan, Bank Sentral Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas – BSP) mengumumkan rencana peluncuran mata uang digital bank sentral (CBDC) grosir dalam dua tahun ke depan, namun dengan twist yang tidak biasa: teknologi non-blockchain.
Keputusan ini menimbulkan berbagai spekulasi dan pertanyaan tentang masa depan mata uang digital dan teknologi blockchain.
Gubernur BSP, Eli Remolona Jr., mengungkapkan bahwa setelah mempertimbangkan berbagai teknologi, termasuk blockchain, bank sentral memutuskan untuk mengadopsi sistem pembayaran dan penyelesaian milik sendiri untuk CBDC grosir.
Baca juga: Langkah Revolusioner Filipina: Penjualan Obligasi Tokenisasi Pertama Senilai $270 Juta!
Keputusan ini didasarkan pada pengalaman negatif beberapa bank sentral lain dengan blockchain, yang menurut Remolona, “tidak berjalan baik.”
Pendekatan non-blockchain ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Filipina akan memastikan transparansi, keamanan, dan efisiensi dalam sistem CBDC-nya.
Keputusan ini juga menandai perbedaan signifikan dari tren global, di mana banyak negara mempertimbangkan atau sudah mengadopsi blockchain untuk proyek CBDC mereka.
BSP memilih untuk membatasi CBDC-nya pada transaksi grosir, yang berarti hanya akan digunakan oleh bank dan lembaga keuangan, bukan oleh masyarakat umum.
Keputusan ini didasarkan pada kekhawatiran tentang potensi masalah dengan CBDC ritel, seperti disintermediasi dan risiko bank run selama tekanan keuangan.
Dengan memfokuskan pada CBDC grosir, BSP bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan pembayaran domestik dan lintas batas.
Pendekatan ini mencerminkan pemahaman bahwa sementara inovasi penting, stabilitas dan keamanan sistem keuangan tetap menjadi prioritas utama.
Baca juga: Revolusi Mata Uang Digital: 41% Bank Sentral Dunia Siap Luncurkan CBDCs dalam 5 Tahun!
Keputusan Filipina untuk mengembangkan CBDC non-blockchain grosir menimbulkan pertanyaan tentang masa depan teknologi blockchain dalam sistem keuangan global.
Sementara beberapa mungkin melihat ini sebagai langkah mundur, yang lain mungkin menganggapnya sebagai pendekatan pragmatis yang mempertimbangkan keterbatasan saat ini dari teknologi blockchain.
Langkah ini juga menyoroti pentingnya adaptasi dan fleksibilitas dalam pengembangan mata uang digital bank sentral. Dengan memilih jalur yang kurang ditempuh, Filipina mungkin membuka jalan bagi solusi inovatif yang dapat menyeimbangkan kebutuhan akan inovasi dengan kebutuhan akan stabilitas dan keamanan.
Secara keseluruhan, Filipina telah membuat keputusan berani dengan merencanakan peluncuran CBDC grosir non-blockchain dalam dua tahun ke depan. Keputusan ini tidak hanya menandai perbedaan dari banyak negara lain yang mengadopsi teknologi blockchain untuk proyek CBDC mereka, tetapi juga menyoroti pendekatan pragmatis dan berhati-hati dari BSP dalam menghadapi inovasi.
Sementara masa depan teknologi blockchain dalam sistem keuangan global masih dipertanyakan, langkah Filipina ini mungkin menjadi studi kasus penting dalam mengeksplorasi alternatif untuk implementasi mata uang digital bank sentral.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi:
*Featured Image: Generated by AI