Bitcoin baru-baru ini mengalami kenaikan harga yang signifikan, mencapai puncak intraday di $72.747 pada tanggal 8 April. Kenaikan ini tentu saja menarik perhatian banyak orang, dan memunculkan spekulasi tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi lonjakan harga tersebut.
Beberapa pihak berpendapat bahwa kenaikan harga Bitcoin disebabkan oleh masuknya dana dari exchange-traded funds ETF Bitcoin. Namun, jika kita melihat lebih dalam, ada beberapa faktor ekonomi makro yang lebih luas yang berperan dalam kenaikan harga Bitcoin kali ini.
Salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga Bitcoin adalah inflasi yang terus-menerus. Ketika inflasi meningkat, nilai mata uang fiat seperti dolar AS menurun, sehingga orang-orang mencari aset yang lebih aman untuk menyimpan kekayaan mereka. Bitcoin, sebagai aset digital yang langka dan memiliki pasokan terbatas, menjadi pilihan yang menarik bagi para investor.
Baca Juga: Terungkap! Rahasia di Balik Ledakan Meme Coin Baru yang Mengguncang Dunia Crypto
Faktor lain yang turut mempengaruhi kenaikan harga Bitcoin adalah kebijakan penghapusan utang mahasiswa di Amerika Serikat. Kebijakan ini akan membebaskan jutaan orang dari beban utang, sehingga mereka akan memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan. Hal ini dapat meningkatkan permintaan terhadap Bitcoin dan aset digital lainnya.
Selain itu, pembatasan perdagangan global juga menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga Bitcoin. Ketika perdagangan global terhambat, perusahaan-perusahaan akan kesulitan untuk mendapatkan bahan baku dan menjual produk mereka. Hal ini dapat menyebabkan inflasi dan ketidakpastian ekonomi, yang pada akhirnya mendorong orang-orang untuk mencari aset yang lebih aman seperti Bitcoin.
Meskipun faktor-faktor ekonomi makro saat ini mendukung kenaikan harga Bitcoin, tidak ada jaminan bahwa kenaikan ini akan berlanjut. Harga Bitcoin sangat fluktuatif, dan dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu, penting bagi para investor untuk berhati-hati dan melakukan riset sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual Bitcoin.
Beberapa analis memperkirakan bahwa harga Bitcoin dapat turun setelah peristiwa halving Bitcoin yang akan terjadi pada tanggal 20 April. Halving adalah peristiwa di mana jumlah Bitcoin baru yang ditambang setiap 10 menit dipotong setengahnya. Hal ini dapat menyebabkan pasokan Bitcoin menjadi lebih langka, sehingga harganya bisa naik. Namun, beberapa analis juga berpendapat bahwa halving tidak akan berdampak signifikan terhadap harga Bitcoin.
Harga Bitcoin tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi makro, tetapi juga oleh kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral. Kebijakan moneter yang longgar, seperti suku bunga rendah dan quantitative easing, dapat mendorong kenaikan harga Bitcoin. Sebaliknya, kebijakan moneter yang ketat, seperti suku bunga tinggi dan pengurangan quantitative easing, dapat menyebabkan penurunan harga Bitcoin.
Oleh karena itu, para investor perlu mencermati kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral, karena kebijakan tersebut dapat berdampak signifikan terhadap harga Bitcoin.
Kenaikan harga Bitcoin baru-baru ini didorong oleh beberapa faktor ekonomi makro, seperti inflasi, penghapusan utang mahasiswa, dan pembatasan perdagangan global. Namun, tidak ada jaminan bahwa kenaikan ini akan berlanjut.
Harga Bitcoin sangat fluktuatif, dan dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu, penting bagi para investor crypto untuk berhati-hati dan melakukan riset sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual Bitcoin.
Baca Juga: Berita Terkini: Crypto Mengguncang Amerika Latin, Apa yang Terjadi?
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.