Jakarta, Pintu News – Huawei, perusahaan teknologi asal Tiongkok, kembali menjadi sorotan setelah meluncurkan laptop terbaru yang ditenagai oleh chip Intel terkini. Peluncuran ini menuai kritik dari anggota parlemen Amerika Serikat, yang menilai bahwa pemerintah Biden telah mengizinkan Huawei untuk mengakses teknologi canggih Amerika.
Huawei telah masuk dalam daftar pembatasan perdagangan Amerika Serikat sejak tahun 2019. Perusahaan ini dituduh memiliki hubungan dengan Iran dan melanggar sanksi perdagangan. Akibatnya, vendor dan pemasok Amerika Serikat harus mendapatkan lisensi khusus untuk berbisnis dengan Huawei.
Baca Juga: Tingginya Angka Attrition Karyawan Wanita di Bidang Teknologi
Pada tahun 2020, pemerintahan Trump memberikan lisensi kepada Intel untuk memasok prosesor pusat ke Huawei untuk produksi laptop. Keputusan ini menuai kritik dari banyak pihak, yang menilai bahwa hal itu akan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat.
Pada hari Kamis minggu ini, Huawei meluncurkan laptop pertamanya yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan , yaitu Matebook X Pro. Laptop ini menggunakan prosesor Intel Core Ultra 9, yang merupakan chip terbaru dari Intel.
Peluncuran Matebook X Pro memicu kontroversi di Amerika Serikat. Anggota parlemen dari Partai Republik, Elise Stefanik, mengecam keputusan pemerintah Biden yang mengizinkan Huawei untuk menggunakan chip canggih Amerika. Ia menilai bahwa hal itu akan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat.
Amerika Serikat khawatir bahwa Huawei akan menggunakan teknologi canggih yang diperolehnya dari Amerika Serikat untuk kepentingan militer Tiongkok. Huawei telah lama dicurigai memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Tiongkok, dan perusahaan ini telah dituduh melakukan spionase.
Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap Huawei juga didorong oleh persaingan ekonomi antara kedua negara. Tiongkok telah menjadi pesaing utama Amerika Serikat dalam bidang teknologi, dan Amerika Serikat khawatir bahwa Huawei akan menjadi perusahaan teknologi terkemuka di dunia.
Perkembangan AI telah berdampak signifikan terhadap politik Amerika Serikat. AI telah digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari analisis data hingga pembuatan keputusan. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan AI, seperti untuk memanipulasi opini publik atau melakukan pengawasan massal.
Perkembangan AI juga telah memicu perdebatan tentang masa depan pekerjaan. Banyak pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia diperkirakan akan digantikan oleh AI di masa depan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap lapangan kerja dan ekonomi.
Kontroversi seputar Huawei dan AI mencerminkan persaingan ekonomi dan teknologi yang semakin ketat antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara sama-sama menyadari pentingnya teknologi canggih, dan mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam bidang ini.
Baca Juga: Bitcoin: Akumulasi Bitcoin Whale Sebelum Halving, Siap-siap Harga Meroket!
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca