Jakarta, Pintu News – Pada tanggal 18 Juli, WazirX, salah satu bursa crypto terbesar di India, mengumumkan penghentian penarikan baik dalam bentuk crypto maupun Rupee India (INR) setelah beredar laporan bahwa bursa tersebut telah diretas.
Menurut firma keamanan Web3, Cyvers, seorang aktor yang tidak berwenang berhasil memindahkan sekitar $234,9 juta aset digital dari dompet Safe Multisig ke alamat lain.
Dompet tersebut berisi lebih dari 200 aset digital yang berbeda, termasuk Shiba Inu (SHIB), Ethereum , Tether , Polygon (MATIC), dan lainnya. Simak berita lengkapnya berikut ini!
Firma forensik blockchain Elliptic dalam analisis awalnya menyatakan bahwa data mereka menunjukkan bahwa peretasan ini dilakukan oleh peretas yang terhubung dengan Korea Utara.
Seorang perwakilan Elliptic mengatakan kepada Cointelegraph bahwa atribusi Korea Utara didasarkan pada analisis perilaku transaksi on-chain dan informasi lainnya. Teknik dan pola tertentu yang khas dari aktor jenis ini ditemukan dalam kasus ini.
Penyelidik crypto ZachXBT juga sampai pada kesimpulan serupa, menyatakan bahwa serangan ini memiliki tanda-tanda potensi serangan dari Lazarus Group.
Baca Juga: Donald Trump Akan Rilis Koleksi NFT Ke-4: “Orang-Orang Ingin Saya Melakukannya Lagi”
Lazarus Group adalah organisasi kriminal terkenal dari Korea Utara yang dikenal karena eksploitasi sibernya, dengan serangan yang telah terjadi sejak tahun 2010. Kelompok ini mulai mengincar dunia crypto pada tahun 2017 dan dianggap bertanggung jawab atas beberapa eksploitasi terbesar dalam crypto, termasuk insiden jembatan Ronin senilai $600 juta.
Lebih dari $100 juta token SHIB dicuri selama peretasan ini, yang berdampak pada harga aset digital tersebut. Platform analisis blockchain Lookonchain melaporkan bahwa para peretas telah mulai menukar aset SHIB mereka dengan ETH.
Para peretas menjual 35 miliar token SHIB senilai $618.000 dan masih memegang sekitar $95 juta dalam bentuk token. Sejak peretasan tersebut, harga memecoin bertema anjing ini turun sebesar 10%.
Pembobolan ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah WazirX dan menunjukkan kerentanan yang masih ada dalam sistem keamanan bursa crypto.
Baca Juga: Pixelverse: Game Tap-to-Earn di Telegram yang Akan Luncurkan Token $PIXFI!
Meskipun langkah-langkah keamanan terus ditingkatkan, ancaman dari peretas, terutama dari kelompok-kelompok yang didukung oleh negara seperti Lazarus Group, tetap menjadi perhatian utama.
Dalam upaya untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, bursa-bursa crypto perlu terus memperbarui dan meningkatkan protokol keamanan mereka. Kerja sama internasional dalam penegakan hukum juga sangat penting untuk mengatasi ancaman dari peretas yang didukung negara.
Selain itu, edukasi kepada pengguna tentang pentingnya keamanan pribadi dalam transaksi crypto menjadi semakin krusial.
Pembobolan WazirX ini mengingatkan kita akan pentingnya kewaspadaan dan tindakan proaktif dalam melindungi aset digital. Dengan adopsi crypto yang semakin meluas, memastikan keamanan bursa dan pengguna menjadi prioritas utama.
Langkah-langkah pencegahan yang kuat dan respon cepat terhadap insiden dapat membantu meminimalkan kerugian dan menjaga integritas pasar crypto.
Kesimpulan
Kasus pembobolan WazirX oleh peretas Korea Utara ini menyoroti tantangan keamanan yang terus dihadapi oleh bursa crypto. Meskipun teknologi blockchain menawarkan banyak manfaat, keamanan tetap menjadi isu utama yang harus diatasi untuk memastikan pertumbuhan dan stabilitas industri ini.
Investor dan pengguna diharapkan untuk selalu waspada dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi aset mereka dari ancaman siber.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*DISCLAIMER
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: