Biaya maker dan taker (maker taker fee) merupakan istilah yang sering ditemukan ketika kita melakukan trading crypto. Lalu sebenernya apa itu biaya maker dan teker? Apa perbedaan dari keduanya? Lalu bagaimana mekanisme penghitungannya dalam transaksi jual-beli crypto? Simak penjelasan dan simulasi penghitungannya pada artikel berikut.
Sebelum membahas soal maker dan taker, kita harus memahami terlebih dahulu soal order book. Adapun, order book merupakan daftar yang menampilkan daftar harga penawaran (bid atau buy) dan harga permintaan (ask atau sell) dari suatu trading pair crypto. Pada dasarnya, ia berisikan antrian limit order dari para trader yang telah menentukan jual atau beli sebuah crypto.
Maker merupakan seseorang yang “membuat” order book dengan menambahkan order baru pada order book. Mereka membuat order book dengan menetapkan harga tertentu (limit order) dalam order book ketika melakukan penjualan atau pembelian crypto.
Sementara taker adalah seseorang yang “mengambil” order yang sudah ada di order book. Mereka mengambil likuiditas dari order book karena melakukan penjualan atau pembelian menggunakan harga market.
Kamu bisa mempelajari lebih lanjut soal order book dan cara membacanya melalui artikel berikut.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan market maker dan market taker terletak pada cara kerjanya. Market maker adalah seseorang yang menambah likuiditas pada order book. Sementara market taker adalah seseorang yang mengambil likuiditas dari order book.
Dengan menjadi market maker, kamu bisa mendapatkan harga crypto pada level yang menurutmu paling ideal dan sesuai keinginanmu. Hanya saja, kamu perlu menunggu beberapa saat sampai harga market mencapai target harga yang sudah ditentukan. Sementara dengan menjadi market taker, kamu bisa menjual atau membeli crypto pada saat itu juga alias instan.
Maker fee adalah biaya yang dikenakan kepada trader ketika melakukan pembelian atau penjualan dengan harga di atas atau di bawah harga market saat itu. Dengan kata lain, maker fee dikenakan kepada trader yang menggunakan limit order karena mereka menambah likuiditas di order book.
Sebagai contoh, Gini hendak menjual 1 ETH menggunakan limit order dengan target harga $3.750. Namun, saat itu harga ETH adalah $3.680. Dengan demikian, order Gini tidak akan langsung tereksekusi. Melainkan, order tersebut akan ditambahkan ke order book dan tidak akan tereksekusi sampai harga ETH menyentuh $3.750.
Dengan melakukan order tersebut, Gini akan dianggap sebagai “maker” karena menambah likuiditas di order book dan dikenakan maker fee.
Umumnya bursa pertukaran memberikan insentif kepada maker berupa biaya yang lebih rendah untuk order mereka lantaran telah menyediakan likuiditas di order book.
Mau tahu cara menentukan target harga ketika menggunakan limit order? Tenang, ada di sini panduannya.
Taker fee adalah adalah biaya yang dikenakan kepada trader ketika proses jual atau beli crypto menggunakan harga market yang sudah ada di order book. Dengan kata lain, taker fee dikenakan kepada trader yang menggunakan market order karena mereka mengambil likuiditas di order book.
Sebagai contoh, Gini hendak menjual 100 ARB menggunakan market order. Dengan memakai market order, maka ARB milik Gini akan dieksekusi lansung mengikuti harga yang ada di order book. Gini akan dikenakan taker fee karena dia menjadi “taker” seiring mengambil likuiditas dari order book.
Dalam beberapa kejadian, trader bisa jadi akan dikenakan taker fee walaupun menggunakan limit order. Hal tersebut dapat terjadi ketika harga crypto tiba-tiba naik atau turun ke level target harga yang dipasang pada limit order. Alhasil, limit order akan langsung tereksekusi, alih-alih masuk antrian pada order book.
Perlu diketahui maker dan taker fee setiap bursa pertukaran akan berbeda-beda. Selain itu, biayanya juga tergantung pada jumlah transaksi dan aktivitas masing-masing pengguna di platform bursa pertukaran tersebut.
Dalam simulasi perhitungan ini, Gini adalah pengguna bursa pertukaran ABCDE. Diketahui platform ABCDE menerapkan maker fee sebesar 0,05% dan taker fee sebesar 0,1%.
Diketahui harga 1 BTC adalah $65.000. Gini memutuskan untuk membeli 0,5 BTC. Namun, ia meyakini bahwa harga BTC akan mengalami koreksi sehingga memilih menggunakan opsi limit order. Gini pun memasang limit order beli pada level $60.500.
Mengingat order Gini tidak langsung tereksekusi, maka order tersebut ditambahkan ke order book. Pada order book bursa ABCDE, order Gini akan tercatat 0,5 x $60.500 = $30.250. Ternyata, tiga hari kemudian harga BTC terkoreksi ke $60.200. Alhasil, order Gini pun tereksekusi dan dikenakan maker fee.
Maka penghitungan maker fee untuk transaksi BTC Gini adalah sebagai berikut: $60.500 x (0,05/100) = $30,25.
Setelah mencatatkan kenaikan harga, Gini memutuskan untuk menjual 230 SUI miliknya. Saat itu, harga SUI adalah $2. Gini memutuskan untuk menggunakan market order agar seluruh transaksinya dieksekusi pada saat itu juga.
Seiring order Gini langsung tereksekusi dan mengambil likuiditas dari order book, ia pun dikenakan taker fee. Dalam transaksi tersebut, total biaya untuk order Gini adalah 230 x $2 = $460.
Maka perhitungan taker fee untuk transaksi SUI Gini adalah sebagai berikut: $460 x (0,1/100) = $0,46.
Mengingat maker fee umumnya jauh lebih rendah dibanding taker fee, maka penting untuk berperan sebagai maker jika ingin mendapatkan biaya yang lebih rendah. Oleh karena itu, jika ingin melakukan penjualan dan pembelian crypto pastikan untuk selalu menggunakan fitur limit order.
Namun, dalam praktiknya, penggunaan limit order tidak menjamin order akan masuk antrian pada order book. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, **trader bisa dikenakan taker fee walaupun ini menggunakan limit order. Berikut adalah contohnya:
Gini menempatkan limit order beli pada SOL di harga $134. Harga ask terbaik di order book semula adalah $137. Namun harga berubah menjadi $133 begitu limit oder ditempatkan. Pada kasus ini, limit order Gini dianggap sebagai market order dan dieksekusi langsung. Alhasil Gini terkena taker fee 0,1%, alih-alih maker fee 0,05%.
Untuk menghindari hal tersebut, trader bisa menggunakan fitur opsi tambahan pada limit order, yakni post only. Ia berfungsi untuk memastikan limit order ditempatkan ke dalam order book, namun tidak akan dieksekusi di pasar. Post only akan menjadi maker di order book sehingga bisa menambah likuiditas ke pasar.
Jika menggunakan post only, sistem akan membatalkan limit order secara otomatis ketika harga ask/bid telah berganti dan melewati harga limit order yang dipasang. Pembatalan dikarekanan sistem tidak bisa menempatkan limit order tersebut ke order book. Alhasil, trader tidak harus membayar biaya trading lebih mahal (tidak terkena taker fee).
Selain post only, cari tahu jenis-jenis order time in force lainnya beserta kegunaanya di sini.
Selain biaya taker dan maker, trading crypto di Indonesia juga dikenakan biaya CFX. Adapun, CFX atau Commodity Futures Exchange adalah bursa aset crypto yang diatur oleh pemerintah Indonesia yang menaungi berbagai exchange di Indonesia. Setiap trading, baik pembelian atau penjualan yang dilakukan di exchange anggota CFX akan dikenakan biaya CFX sebesar 0,02%. Biaya tersebut juga sudah termasuk untuk kliring.
Maker dan taker adalah elemen penting yang memastikan proses jual-beli crypto dapat berlangsung. Maker hadir sebagai pihak yang menyediakan likuiditas pada sebuah order book. Sementara taker adalah pihak yang akan mengambil likuiditas tersebut. Mengingat peran yang berbeda, biaya yang dikenakan untuk maker dan taker juga berbeda. Umumnya, bursa pertukaran mengenakan biaya yang lebih rendah untuk maker sebagai bentuk insentif mengisi likuiditas order book.
Namun, dengan menjadi maker, maka transaksi yang dilakukan tidak akan langsung dieksekusi. Sementara dengan menjadi taker, transaksi akan dieksekusi pada saat itu juga. Oleh sebab itu, penting untuk memahami apa itu maker dan taker beserta biaya di baliknya untuk bisa mengambil keputusan trading yang lebih baik.
Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Bagikan