Selama 1 minggu terakhir harga Bitcoin (BTC) menunjukkan kenaikan yang signifikan, menurut market Pintu. Pasalnya, kenaikan harga BTC tersebut bukanlah tanpa sebab. Dikutip dari Coindesk, kemungkinan penyebab naiknya harga BTC dalam seminggu terakhir adalah karena adanya berita kenaikan suku bunga yang dikeluarkan oleh FOMC.
Sementara itu, ada beberapa ahli dan crypto analyst yang juga menganalisa dan memberi prediksi harga Bitcoin di tahun 2022 – 2023 mendatang. Seperti apa analisa mereka? Dan bagaimana prediksi harga BTC di tahun 2022 – 2023?
Sebelum membahas lebih lanjut, ketahui dulu harga BTC dalam 24 jam dan 1 minggu terakhir berdasarkan market Pintu. Simak berita lengkapnya berikut ini!
Dilansir dari market Pintu, harga Bitcoin naik sebanyak 0,94% dalam waktu 24 jam. Sempat menyentuh titik terbawahnya di harga Rp262.409.693 pada 4 Desember 2022, dan menyentuh harga tertinggi di Rp267.678.520 pada 5 Desember 2022.
Sedangkan, pada rentang waktu 1 minggu, dilansir dari market Pintu, harga Bitcoin mengalami kenaikan hingga 4,45%. Pada 28 November 2022, harga BTC sempat menyentuh titik terendah di harga Rp253.878.806 dalam rentang waktu 1 minggu. Lalu pada 1 Desember 2022, harga BTC melonjak hingga menyentuh harga tertinggi Rp270.285.748 dalam waktu 1 minggu.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Bitcoin masih menempati urutan ke-1 berdasarkan jumlah market cap-nya yang mencapai $332 miliar atau setara dengan Rp5 kuadriliun (kurs $1 = Rp15.421), yang mana angka tersebut mengalami kenaikan 1,60% dalam waktu 24 jam, per 5 Desember 2022. Sementara itu, volume perdagangan Bitcoin naik 24,03% hingga mencapai $20 miliar atau setara dengan Rp308 triliun (kurs $1 = Rp15.421), dalam 24 jam terakhir, per 5 Desember 2022.
Baca Juga: Elon Musk Percaya Bitcoin Akan Bertahan, Ini 5 Hal Tentang BTC Minggu Ini!
Dilansir dari Coindesk, ada beberapa hal yang berkaitan dengan naik turunnya harga Bitcoin. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh James Rubin, seorang business journalist dan news editor di Coindesk, harga BTC naik hingga berada di atas Rp260 juta dalam seminggu terakhir yakni dari tanggal 28 November – 5 Desember 2022, bertepatan setelah adanya pernyataan dari Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell terkait suku bunga.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada level 50 basis point (bps), alih-alih mempertahankannya di level 75 bps saat ini. Dikutip dari Coindesk, Powell juga menunjukkan beberapa tanda baik bahwa inflasi telah berkurang dan market bergerak secara dinamis.
Sementara itu, dalam sebuah email ke CoinDesk, dari Joe DiPasquale, CEO pengelola dana crypto BitBull Capital, menuliskan bahwa “market crypto” telah menanggapi pidato Powell secara positif. DiPasquale juga menuliskan dalam email bahwa, “Kami ingin melihat Bitcoin berkonsolidasi di atas $17.000 dan mungkin mencoba naik ke angka $20.000, sebelum kami mengharapkan recovery yang berkelanjutan.”
“Sementara itu, $16.000 adalah support utama harga BTC, yang mana jika Bitcoin berada di bawah harga tersebut, maka harga Bitcoin akan mengalami penurunan,” tulis DiPasquale dalam sebuah email, dikutip dari Coindesk, Senin (5/12/2022).
Dikutip dari Crypto News, Ali B, penulis di Crypto News menuliskan bahwa prediksi harga Bitcoin cenderung stabil karena Bitcoin gagal untuk keluar dari harga $16,850 hingga $17,250.
Ali juga menuliskan bahwa para penambang Bitcoin tampaknya telah menyerah pada profitabilitas jangka panjang dengan melakukan hold BTC, dan justru menjual aset BTC-nya dalam jumlah yang besar. Berdasarkan data dari CryptoQuant, menunjukkan bahwa penambang Bitcoin telah melepaskan sekitar 10.000 BTC pada 1 Desember 2022 lalu. Jumlah ini jauh lebih kecil dari aliran masuk 2.569 BTC yang berasal dari para penambang pada 26 November 2022 lalu.
Joaowedson, seorang analis CryptoQuant, menyampaikan bahwa biaya penambangan Bitcoin dan penurunan tajam nilai aset crypto adalah salah satu penyebab para penambang menjual BTC-nya dalam jumlah yang besar.
“Para penambang terpaksa menjual aset mereka karena harga Bitcoin saat ini dan tingginya biaya penambangan di berbagai negara,” ujar Joaowedson, dikutip dari Crypto News, Minggu (4/12/2022).
Baca Juga: Fan Token Melejit 170% Jelang Piala Dunia 2022! Ini 3 Fan Token Potensial Menurut Analis Crypto
Dilansir dari AMB Crypto, Dan Lim, seorang penulis dan analis di CryptoQuant, baru-baru ini menerbitkan analisis mengenai harga BTC. Menurut analisa Lim, grafik harian BTC menunjukkan bahwa harga BTC tersebut menunjukkan support dan resistence masing-masing pada angka $15.800 dan $17.200, per 5 Desember 2022.
Selain itu, berdasarkan data Moving Average Convergence Divergence (MACD), BTC kemungkinan akan segera menembus resistance dan akan mengalami kenaikan. Dengan demikian, investor BTC mungkin akan bisa memanfaatkan momen bullish di market, menurut AMB Crypto.
Dilansir dari Forbes, Cathie Wood juga memberikan prediksi nya terkait harga Bitcoin di tahun 2030 mendatang. Wood merupakan seorang CEO Ark Invest dan pendukung Bitcoin yang memiliki total kekayaan $150 miliar, menurut Trader Unions. Wood mengakui bahwa lembaga keuangan besar mungkin akan mengambil langkah mundur dari crypto dalam waktu dekat setelah adanya kasus FTX. Sementara itu, dalam sebuah wawancaranya dengan Bloomberg, Wood sempat memprediksi bahwa harga BTC nantinya akan mencapai $1 juta pada tahun 2030.
Sementara itu, dilansir dari Forbes, para ahli strategi JPMorgan menggunakan biaya produksi Bitcoin untuk memperkirakan seberapa jauh harga BTC bisa jatuh. “Saat ini, biaya produksi ini berada di angka $15.000, tetapi kemungkinan akan kembali menyentuh ke level terendah di $13.000 yang mana bisa terlihat selama musim panas 2023 ,” kata tim JPMorgan dalam sebuah catatan, Forbes, Kamis, (1/12/2022).
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: