Siapa yang suka pakai Telegram untuk kirim pesan?
Dilansir dari Coindesk (23/3/23), pengguna Telegram kini dapat saling mengirim Tether , stablecoin terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, lewat sebuah chat.
Sebelum membahas transfer USDT di Telegram, ketahui harga USDT hari ini terlebih dahulu, yuk?
Tercatat di Pintu market, per 24 Maret 2023, harga USDT tengah mengalami koreksi 1,20% dalam waktu 24 jam. USDT sempat menyentuh harga tertingginya di Rp15.329 pada 23 Maret 2023, dan menyentuh harga terendahnya di Rp15.135 pada hari ini.
Sementara itu, dilansir dari CoinMarketCap (24/3/23), Tether (USDT) menempati posisi ke-3 berdasarkan market cap-nya yang mencapai Rp1,1 kuadriliun, dengan volume pasar yang menyentuh Rp595 triliun dalam waktu 24 jam terakhir.
Baca juga: 7 Stablecoin Terpopuler Saat Ini, USDC Urutan Keberapa?
Bagaimana kelanjutan dari transfer USDT di Telegram?
Dalam sebuah pemberitahuan pada 22 Maret 2023, aplikasi pesan instan, Telegram, mengumumkan para penggunanya bahwa USDT telah ditambahkan ke bot @wallet di Telegram. Bersamaan dengan ini, Telegram memperluas fasilitas aplikasi pesan instan tersebut untuk bisa membeli dan menjual crypto, mengutip dari Decrypt (23/3/23).
Meski begitu, bot dompet yang tersedia di Telegram ini diketahui dikembangkan oleh pengembang independen, bukan Telegram.
Secara singkat, USDT adalah mata uang crypto terbesar ke-3 setelah Bitcoin dan Ethereum, dengan kapitalisasi pasar sebesar $78 miliar. USDT merupakan stablecoin, yang nilainya didukung oleh aset yang stabil, seperti dolar Amerika Serikat.
Walaupun USDT berjalan di sejumlah blockchain yang berbeda, tetapi untuk saat ini, Telegram hanya akan mendukung aset tersebut di Tron-TRC20.
Menurut laporan, Telegram telah memperkenalkan crypto ke aplikasinya pertama kali pada tahun 2018, ketika aplikasi tersebut meluncurkan Telegram Open Network (TON).
Kemudian, proyek ini mulai ditinggalkan pada tahun 2020 oleh Telegram setelah Komisi Sekuritas dan Bursa AS mengatakan bahwa initial coin offering atau penawaran koin awal untuk proyek tersebut adalah ilegal.
Meskipun Telegram mundur, proyek ini tetap dilanjutkan oleh TON Foundation, sehingga sampai saat ini, pengguna masih dapat membeli, menjual, dan mengirim aset Toncoin (TON) di aplikasi Telegram.
Tidak hanya itu, Telegram juga mengizinkan pengguna untuk membeli Bitcoin dan mengirim Bitcoin ke pengguna lain atau dompet Bitcoin melalui aplikasinya. Namun, Bitcoin ini tidak dapat diuangkan, melainkan hanya dapat ditukarkan dengan TON, yang merupakan mata uang crypto terbesar ke-26 berdasarkan kapitalisasi pasar.
Dengan adanya integrasi crypto di aplikasi perpesanan ini, Telegram tengah bersaing dengan platform media sosial lainnya, seperti Twitter, yang telah menambahkan dukungan untuk tip dalam Bitcoin dan Ethereum pada tahun 2021 lalu.
Tidak hanya aplikasi Telegram, baru-baru ini, penyedia pembayaran global Mastercard juga telah meluncurkan integrasi dompet digital stablecoin dengan platform stablecoin Australia, Stables. Kolaborasi ini memungkinkan pelanggan ritel di kawasan Asia-Pasifik (APAC) untuk membelanjakan stablecoin mereka di mana pun Mastercard diterima.
Penasaran? Baca selengkapnya di Mastercard Luncurkan Dompet Digital Stablecoin, Beri Kemudahan Untuk Pelanggan di Asia-Pasifik!
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: