Presiden Kenya, William Ruto, seorang pendukung kuat dari ketergantungan pada mata uang lokal di Afrika, meningkatkan kampanyenya terhadap dolar.
Pesannya jelas: sudah saatnya negara-negara Afrika meninggalkan penggunaan mata uang ini dalam perdagangan lintas batas dan merangkul mata uang nasional mereka.
Keyakinan Ruto bukan hanya teoritis tetapi didasarkan pada infrastruktur kontinental yang ada, Bank Ekspor-Impor Afrika (Afreximbank).
Baca Juga: De-Dolarisasi: Pertemuan ACU dan Kemungkinan Iran Bergabung dengan BRICS
Bank ini menawarkan sistem yang memungkinkan pertukaran finansial yang lancar antara pedagang di dalam Afrika.
Implikasi dari pergerakan kontinental menjauh dari USD akan melampaui batas-batas Afrika, sebuah poin yang ditonjolkan oleh pendukung kebebasan internet dan pengusaha Kimdotcom.
Presiden Ruto berpendapat bahwa pergeseran ini akan menyederhanakan perdagangan, menghilangkan kebutuhan pedagang Afrika untuk mencari dolar sebelum menyelesaikan transaksi.
Argumennya memiliki bobot, mengingat kelangkaan dolar yang umum di beberapa ekonomi Afrika, termasuk Kenya.
Baca Juga: Dolar AS Kehilangan Nilainya dalam 5 Tahun? Manajer Investasi Ini Rekomendasikan Bitcoin!
Dalam kesimpulannya, sikap Presiden Ruto bukanlah serangan terselubung terhadap dolar. Sebaliknya, ini adalah seruan bagi Afrika untuk memanfaatkan mekanisme yang ada seperti Afreximbank untuk meningkatkan perdagangan intra-kontinental.
Meski konsekuensi ekonomi bagi AS masih hipotetis, dorongan untuk de-dollarisasi adalah tanda jelas dari dorongan Afrika menuju kemandirian ekonomi.
Selama benua ini terus berkembang, dunia akan melihat apakah negara lain akan bergabung dengan kampanye ini, dan apa dampaknya, jika ada, terhadap dolar.
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: