Meta Platforms, perusahaan induk Facebook dan Instagram, berencana meluncurkan chatbot berbasis kecerdasan buatan dengan kepribadian mirip manusia. Menurut laporan Financial Times, chatbot ini dirancang untuk meningkatkan retensi pengguna dan diharapkan diluncurkan secepatnya pada bulan September 2023. Salah satu chatbot bahkan akan berbicara seperti mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln.
Meta telah merancang prototipe chatbot yang dapat berdiskusi dengan penggunanya layaknya manusia. Tujuan dari chatbot ini adalah untuk meningkatkan interaksi pengguna dengan platform media sosial Meta.
Baca juga: Pertama Kali! Model AI Terbaru Meta, Llama, Kini Tersedia di Alibaba Cloud
Lebih lanjut, chatbot terbaru tersebut akan menampilkan berbagai kepribadian dan dijuluki “personas” oleh staf Meta. Selain chatbot yang berbicara seperti Abraham Lincoln, perusahaan juga sedang mengembangkan chatbot yang memberikan saran perjalanan dengan gaya bicara seperti peselancar.
Chatbot ini tidak hanya akan menjadi produk yang menyenangkan untuk bermain, tetapi juga akan menawarkan rekomendasi dan fungsi pencarian baru.
Menurut laporan, peluncuran chatbot ini merupakan bagian dari upaya Meta untuk meningkatkan retensi pengguna. Meta telah berinvestasi $3,7 miliar dalam pengembangan Metaverse dan berfokus pada retensi pengguna aplikasi Threads, pesaing Twitter.
Dengan chatbot ini, Meta berharap dapat menarik lebih banyak pengguna kembali ke platformnya. CEO Meta, Mark Zuckerberg, mengatakan bahwa dia “melihat lebih banyak orang kembali setiap hari daripada yang saya harapkan.”
Namun, pengenalan chatbot yang mudah diakses ini juga berarti peluang untuk mengumpulkan sejumlah besar data pengguna, yang bisa menjadi isu kontroversial.
Baca juga: Meta Berjuang Bangkitkan Horizon Worlds dengan Studio Game In-house Baru!
Pengembangan chatbot ini menunjukkan fokus Meta pada teknologi AI. Dengan memberikan kode di balik model bahasa besar AI-nya, Llama 2, secara gratis, Meta berpendapat bahwa AI sumber terbuka lebih aman dan lebih terjamin.
Namun, inovasi ini juga menimbulkan pertanyaan tentang etika dan privasi. OpenAI, pembuat chatbot AI viral ChatGPT, telah dituntut dalam gugatan class-action atas dugaan pencurian data melalui botnya.
Meski demikian, Meta berharap bahwa chatbot ini akan membantu mempertahankan dan menarik lebih banyak pengguna ke platformnya, dan membuka era baru dalam interaksi manusia dan AI.
Dengan peluncuran chatbot AI ini, Meta membuka babak baru dalam interaksi manusia dan AI. Meski ini menimbulkan pertanyaan tentang privasi dan etika, ini juga menunjukkan potensi teknologi AI dalam meningkatkan pengalaman pengguna di platform media sosial.
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita-berita terbaru seputar crypto. Nyalakan notifikasi agar tidak ketinggalan beritanya.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi: